“Terimakasih kepada ustadz dan ustadzah yang telah mengajarkan dan membimbing saya, terima kasih banyak,” ujarnya.
Dari situ, Jule menemukan nilai plus masuk pesantren yang kini sangat ia syukuri. Ia mengaku bahwa belajar dalam pesantren tersebut telah mengajarkannya tentang manajemen waktu, kemampuan mengatur prioritas serta terbiasa dalam bersosialisasi, terlebih di pesantren terdapat berbagai orang dari kota hingga negara yang berbeda. Ia mengaku bahwa inilah yang menjadi pelajaran yang begitu berharga bagi hidupnya.
Ia menceritakan prosesnya hingga bisa sampai pada titik itu. Ia menceritakan di jenjang SD hingga SMP, ia hanya berupaya menghafal Alquran karena sebuah kewajiban dari pesantren. Saat itu bahkan ia mengaku tak mengetahui kemuliaan menghafal Alquran.
“Semakin ilmu nambah, dan gue berada di tempat semestinya gue hafal Alquran, dan akhirnya jadi paham sendiri. Hal Alquran itu bukan banyak-banyakan hafalan, lancar-lancaran setoran, atau sekadar dapat sanad. Hafal Alquran itu bakalan percuma kalau enggak diterapin di dalam kehidupan,” tuturnya.
Hingga memasuki jenjang SMA, Jule mulai memilih untuk fokus menjaga hafalan Alqurannya. Ia menjadi paham bahwa menghafal Alquran harus dilakukan sepenuh hati, sehingga ilmu yang didapatkan akan masuk dengan sempurna.
Menghafal Alquran kata Jule, harus dilandasi niat yang kuat. Kepada siapa niat tersebut ditujukan, diperbaikilah niat tersebut karena pada dasarnya yang terpenting adalah diperuntukkan kepada Allah Ta'ala bukan karena hal lain seperti halnya pujian manusia.
(Rizka Diputra)