Tak lama setelah itu, Aminah menunjukkan tanda-tanda kedewasaan. Seperti budaya orang Arab zaman dulu, perempuan dipingit dan tidak dibiarkan keluar rumah tanpa alasan yang penting. Di saat yang sama, Abdullah juga turut beranjak dewasa.
Di saat anak-anaknya mulai dewasa, para pemimpin kabilah Quraisy ini berlomba-lomba menikahkan anak mereka dengan keturunan yang mulia nasabnya. Oleh sebab itu, Abdul Mutahlib memilih Aminah untuk dijadikan mantunya.
Dirangkum dari berbagai sumber, setelah khitbah dan melangsungkan pernikahan, Aminah dan Abdullah tinggal di Makkah. Di sini, Aminah mulai mengandung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Saat Aminah mengandung beberapa bulan, Abdul Muthalib meminta Abdullah untuk melakukan perjalanan bisnis ke Madinah dan Syam. Sekembalinya dari Syam menuju Madinah, Abdullah jatuh sakit dan tak lama kemudian meninggal dunia. Jenazahnya dikuburkan di kediaman Al Nabighag Al Dzibyani.
Kepada sang istri, Abdullah mewariskan lima ekor unta, beberapa kambing, dan seorang budak perempuan bernama Ummi Aiman.
Mendengar kabar wafatnya sang suami tentu membuah Siti Aminah dilanda kesedihan. Walau demikian, ia tetap harus melahirkan cabang bayinya tersebut. Mengutip dari beberapa riwayat, dikisahkan bahwa Aminah mengalami kejadian-kejadian istimewa selama 12 hari sebelum melahirkan putranya.
Yang paling mahsyur adalah kisah munculnya cahaya terang di malam hari kelahiran sang nabi. Ada juga yang mengatakan bahwa Aminah sempat bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim dan mendapat bisikan malaikat.