Direktur Center of Makkah History, Dr. Fawaz Al-Dahas menjelaskan, meriam tersebut telah berdiri di Gunung Abu Al-Madafaa setidaknya selama satu abad. "Dan orang-orang Makkah menghubungkan cinta mereka pada bulan suci dengan keduanya," ujarnya.
Dr. Fawaz Al-Dahas menambahkan dulu tidak mungkin mendengar suara muazin Masjidil Haram. "Jadi meriam melakukan tugas itu atas nama mereka. Itu tetap menjadi tradisi yang dipegang teguh, ”kata Al-Dahas.
Namun teknologi modern - terutama speaker yang ditempelkan di menara Masjidil Haram - akhirnya membuat meriam itu ketinggalan zaman. Penembakan meriam selama Ramadhan telah ada sejak abad ke-15 dan era Mamluk.
(Vitrianda Hilba Siregar)