Di masa lampau, sumur zamzam dijaga dan dilindungi dengan cara tradisional. Namun pada akhir masa pemerintahan Raja Abdullah, sebuah lompatan rencana diambil yaitu dengan pengembangan sumur yang dipertahankan dengan baik.
Ia mengubah metode pengisian dan distribusi air di dua masjid suci; Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dia juga yang mendirikan The King Abdullah bin Abdul Aziz Zam Zam Water Project (KZWP) pada 2013.
Dengan meningkatnya pengunjung dan jamaah haji setiap tahunnya, maka permintaan akan air zamzam juga bertambah. Inilah mengapa dibutuhkannya pengembangan lebih untuk sumur zamzam. Biaya untuk konstruksi proyek berkisar lebih dari SR7000 juta atau setara USD187.000.000.
Proyek ini melakukan banyak metode yang tidak profesional berkaitan dengan memompa, menyaring, mendistribusikan, mengisi air, dan menggantikan ini dengan teknologi yang paling baru dan aman.
Baca juga: Menjual Kulit Hewan Kurban, Ini Hukumnya Menurut Syariat Islam
Dahulu air zamzam diisi secara manual dalam wadah berukuran berbeda, tanpa mengikuti proses pembotolan yang berwenang, mengakibatkan polusi air yang tidak diinginkan. Dengan proyek baru ini, ada dua ukuran utama dari kontainer berukuran 5 dan 10 liter. Di mana air zam zam dirawat, dikemas dalam botol, disimpan, dan didistribusikan secara efisien.
Sebelum perjalanan haji atau umrah berakhir, pengunjung akan mendapatkan sebotol atau dua air zamzam sebelum berangkat, di mana pada tahun sebelumnya mengakibatkan kekacauan dan antrian yang tidak teratur.