Tentu saja Nabi Nuh Alaihissallam menolak mentah-mentah. Penolakan berimbas pada tantangan terkait azab.
"Bila memang kedurhakaan mereka kepada Allah Subhanahu wa ta'ala akan mendatangkan azab yang besar maka segeralah datang azab tersebut," ucap kaum tersebut.
Atas peristiwa itu, Nabi Nuh Alaihissallam segera memohon doa maupun petunjuk. Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat bahtera atau kapal berukuran besar dari kayu.
وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلاَتُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُم مُّغْرَقُونَ
"Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku perihal orang-orang yang zalim itu. Sesungguhnya mereka nanti akan ditenggelamkan." (QS Hud: 37)
Bertahun-tahun Nabi Nuh Alaihissallam bersabar membangun kapal besar itu. Kaum penyembah berhala terus-menerus menganggap Nabi Nuh sebagai orang gila lantaran membuat kapal besar di bukit gurun pasir.