Berbeda ketika seseorang lupa meninggalkan satu rukun tertentu (rukuk atau membaca Surat Al Fatihah) maka ketika ingat dan belum melakukan rukun yang sama pada rakaat setelahnya, hendaklah ia segera mengganti rukun yang ditinggalkan itu.
Apabila ia lupa, maka itulah apa pun yang dilakukannya sudah cukup dan dianggap sah karena memang lupa. Begitu keterangan dalam Fathul Mu’in Hamisy I’anathut Thalibin:
ولو سها غير مأموم فى الترتيب بترك ركن كأن سجد قبل الركوع أو ركع قبل الفاتحة لغا مافعله حتى يأتي بالمتروك فان تذكر قبل بلوغ مثله أتى به والا فسيأتى بيانه... وإلا أي وان لم يتذكر حتى فعل مثله فى ركعة أخرى أجزأه عن متروكه ولغا ما بينهما هذا كله ان علم عين المتروك ومحله...
"Bagaimana jika yang datang adalah sebuah keraguan di mana membuat kita berpikir di tengah-tengah shalat? Maka perlu ditinjau masalahnya secara detail. Ketika seseorang mengalami keraguan di tengah-tengah shalatnya, apakah dia sudah melakukan satu fardhu tertentu (ruku,misalnya) atau belum. Maka masalah ini perlu diperinci lagi, jika keraguan terjadi sebelum orang itu melakukan fardhu yang ditinggal (ruku’) tersebut pada rakaat setelahnya, maka ia harus kembali untuk melakukan fardhu yang ditinggal (ruku’)."
Namun jika keraguan itu datang setelah ia melakukan fardhu yang sama yang ditinggalkannya (ruku’) pada rakaat setelahnya, cukuplah baginya meneruskan shalat dan menambah satu rakaat lagi, sebagai pengganti satu rukun yang ditinggalkannya itu.
Begitu keterangan dalam Fathul Mu’in Hamisy I'anathut Thalibin:
...أو شك هو أي غير المأموم فى ركن هل فعل أم لا كأن شك راكعا هل قرأ الفاتحة أوساجدا هل ركع أواعتدل أتى به فورا وجوبا ان كان الشك قبل فعله مثله أي مثلالمشكوك فيه من ركعة أخرى
"Bagaimana jika ketika terjadi keraguan setelah shalat, apakah sholat yang telah dikerjakan itu telah lengkap ataukah ada rukun tertentu yang tertinggal? Maka shalat semacam itu secara fiqih tetap dianggap syah dan tidak perlu mengulanginya kembali."