MADINAH - Ibadah arbain menjadi salah satu kegiatan yang dimasukkan ke dalam buku agenda jemaah haji Indonesia. Arbain atau shalat wajib sebanyak 40 kali berturut-turut selama delapan atau sembilan hari di Masjid Nabawi Madinah secara berturut-turut dan tidak ketinggalan takbiratul ihram bersama imam.
Melaksanakan ibadah arbain diyakini memebaskan diri dari neraka dan kemunafikan. Keyakinan ini didasarkan hadis Nabi Muhammad SAW dari Anas bin Malik; "Barang siapa shalat di masjidku (Nabi Muhammad SAW) 40 shalat tanpa ada yang ketinggalan, maka dia dicatat bebas dari neraka, keselamatan dari siksaan dan bebas dari kemunafikan" (HR Turmudzi).
Tapi, tidak semua jemaah haji bisa melakukan arbain terutama lansia yang masuk kategori kesehatan risiko tinggi atau risti. Seperti dialami Rumsinah yang menderita darah tinggi dan kolesterol. Lansia berusia 67 tahun itu tidak bisa leluasa ke masjid Nabawi yang tampak di depan matanya.
Dia sadar kondisinya tidak memungkinkan karena merasa tidak kuat jika berjalan. Napas terasa berat dan pinggangnya sakit. Kondisi itu yang membuatnya tidak mungkin bisa melaksanakan ibadah arbain.
"Ibu tidak ikut (ke masjid), menangis di sini melihat ke sana (menunjuk ke Nabawi)," kata Rumsinah.
Jemaah asal embarkasi Jakarta Pondok Gede itu berusaha mematuhi nasihat pembimbing ibadah agar lebih fokus ke ibadah wajib haji nanti di Makkah. Tapi, lanjut Rumsinah, tetapharus melaksanakan shalat wajib di Masjid Nabawi, entah sekali, dua kali atau tiga kali dalam sehari.
Misalnya, Ashar tidak tidak berangkat karena sudah menjalankan sholat dzuhur di masjid.
"Magrib berangkat digabung sekalian dengan isya. Karena itu, saya berdoa ya Allah beri kekuatan. Di sini bawa dosa. Sudah dipanggil Allah, jadi ingin disembuhkan, dikuatkan, dan sembahyangnya sukses," pungkas Rusminah.