ABU Nawas terkenal sebagai sosok yang cerdas tapi lucu. Kepribadiannya itu pun tersebar ke seluruh penjuru negeri, sehingga santri-santrinya pun kian bertambah.
Sayangnya tidak semua santri sepaham dengan gurunya itu. Suatu hari salah seorang santri tampak mengeluh dan menyampaikan pendapatnya secara kritis mengkritik bahwa spiritualitas Abu Nawas perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Menanggapi kritikan santrinya itu, Abu Nawas hanya tertawa. Santri yang lainnya pun ikut tertawa lepas melihat kekonyolan gurunya tersebut. Kemudian Abu Nawas mendadak terdiam.
Seketika suasana menjadi hening, Abu Nawas menarik napas dalam-dalam. Kemudian dengan hati-hati ia menceritakan kisah seorang santri yang bertanya kepada penjual buku.