Biografi Abu Nawas, Pujangga Cerdas dan Lucu yang Pernah Dipenjara Usai Mengkritik Penguasa

Melati Septyana Pratiwi, Jurnalis
Selasa 01 Agustus 2023 05:01 WIB
Ilustrasi biografi Abu Nawas. (Foto: Istimewa/Okezone)
Share :

NAMA Abu Nawas sudah melegenda serta terkenal di dunia. Sosoknya sangat populer lantaran sangat cerdik dan wara-wiri dalam Kisah 1001 Malam.

Di balik kecerdikan yang membuat orang tertawa saat membaca kisahnya, ternyata Abu Nawas adalah seorang pujangga sastra Arab klasik yang telah melalui jatuh bangun kehidupan.

Lahir dengan nama Abu Ali Al Hasan bin Hani al Hakami, Abu Nawas tumbuh menjadi sosok yang kontroversial. Berikut ini perjalanan hidup Abu Nawas, sebagaimana telah Okezone himpun:

Perjalanan Menimba Ilmu

Abu Nawas lahir pada tahun 145 Hijriah/747 Masehi di Kota Ahvaz, Persia, atau sekarang menjadi Iran. Ayahnya merupakan keturunan Arab, sementara ibunya berasal dari Persia.

Selepas kepergian sang ayah, Abu Nawas dibawa oleh ibunya ke Kota Basrah di Iran. Di sana, ia menimba berbagai macam ilmu pengetahuan.

Karakter Abu Nawas terbilang unik dan kerap menimbulkan kontroversi sehingga membuat terkenal dalam khasanah sastra Arab Islam. Banyak sajak Abu Nawas yang menyelipkan nilai spiritual, rasa kemanusiaan, dan keadilan.

Tidak mencari tahu sendiri, tentu saja Abu Nawas belajar sastra Arab kepada para ahlinya seperti Abu Zaid Al Anshori dan Abu Ubaidah. 

Selain itu, dia juga mempelajari Alquran kepada Ya'qub al Hadrami. Kemudian ilmu hadits dari Abu Walid bin Ziyad Muktamir bin Sulaiman.

Suatu ketika Abu Nawas bertemu dengan penyair dari Kufah bernama Walibah bin Habab al Asadi. Berkat pertemuan itu, gaya bahasanya jadi makin halus.

Walibah yang tertarik dengan kemampuan luar biasa Abu Nawas mengenai sastra Arab pun membawanya ke Ahwaz kemudian ke Kufah. Sesampainya di Kufah, Abu Nawas lantas mendapat pengalaman luar biasa.

Dia diminta hidup di pedalaman, berdampingan dengan orang-orang Arab Badui. Selama itu, Abu Nawas pun memperdalam ilmu bahasa Arab. 

Pindah ke Baghdad

Perjalanan hidup Abu Nawas membawanya pindah ke Kota Baghdad di Irak. Bakat tulisan puisinya banyak diketahui para bangsawan, hubungannya mereka pun menjadi dekat.

Lantaran hal tersebut, Abu Nawas memanfaatkan kemampuannya menulis puisi untuk lebih mendekatkan diri dengan penguasa saat itu.

Dikutip dari kanal YouTube Askamza Channel, dijelaskan dalam kitab Al Wasith fil Adabil, Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas disebut-sebut sebagai sosok penyair yang penuh canda, multivisi, pengkhayal, bahkan berlidah tajam. Semua hal ini menjadikannya sastrawan terkemuka.

Sampai-sampai Khalifah Harun al Rasyid tertarik pada bakat membuat puisi Abu Nawas. Dari sanalah Abu Nawas kemudian diangkat menjadi penyair istana. 

Mendekam di Penjara

Meskipun dekat dengan penguasa, perjalanan hidup Abu Nawas nyatanya tidak selalu baik-baik saja. Dia pernah mendekam di penjara karena ulahnya membuat kesal Khalifah.

Abu Nawas sempat membacakan sebuah puisi yang isinya dinilai menyinggung sang penguasa. Terlanjur murka, Abu Nawas pun harus dijatuhi hukuman penjara.

Setelah bebas dari penjara, Abu Nawas tidak lagi mengabdi pada Khalifah, melainkan Perdana Barmak. Tapi usai keluarga Barmak jatuh, Abu Nawas kemudian meninggalkan Baghdad pada tahun 803 M.

Sempat mengunjungi Mesir, sebelum akhirnya Abu Nawas kembali ke Baghdad usai Khalifah Harun Al Rasyid tutup usia. 

Tobat Sebelum Meninggal

Pahit manisnya kehidupan membawa Abu Nawas ke titik pertobatan. Terutama saat mendekam di penjara, dirinya menjadi tambah religius.

Kalau sebelumnya Abu Nawas terlena dengan kehidupan duniawi, sejak menjadi tahanan pun lebih pasrah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Berbagai tafsir sajaknya diartikan sebagai "Jalan Menuju Tuhan".

Sebelum akhirnya ia meninggal dunia pada tahun 813 M atau 814 tahun silam (banyak versi tentang tahun kematiannya), Abu Nawas diketahui sangat rajin beribadah. Hal ini diungkapkan sendiri oleh salah seorang sahabat bernama Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah.

Tidak hanya itu, tobatnya Abu Nawas pun dibuktikan dari beberapa puisinya. Misalnya saja, sebuah puisi yang mengungkapkan sesal terhadap masa lalu.

Wallahu a'lam bisshawab

(Hantoro)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya