Sedangkan jika cahaya sudah masuk ke relung kalbu, maka yang ada hanyalah mencintai Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak akan melirik siapa pun.
Hal yang ideal dan benar tentulah cahaya yang benar-benar masuk ke dalam lubuk kalbu hingga relungnya.
Kalbu yang tidak ada di sana apa atau siapa pun kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala. Orang ini tidak mencintai siapa pun kecuali Allah Ta'ala, dan tidak menyembah selain Dia.
Gus Baha mencontohkan, orang yang level cahayanya baru sampai luar saja (dzahir) akan berucap, "Aku sedekahkan ke Rukhin karena Allah. Uangku yang kuberikan juga karena Allah Subhanahu wa Ta'ala. Berarti masih ada 'aku' di sana dan 'uangku' menandakan masih ada rasa memiliki."
"Demikian juga dengan kalimat 'sholatku, puasaku'. Hal itu masih dibenarkan, karena bagaimana pun itu masih cahaya Illahi."
Namun jika cahaya itu sudah merasuk ke dalam kalbu, ia akan berucap, "Ini uang milik Allah dan kuberikan ke Rukhin karena perintah Allah. Sholatku pun itu karena hidayah dari Allah, dan sholat ini pun dilakukan demi Allah."
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)