MUI: Peristiwa Isra dan Miraj Bisa Dipahami dengan Pendekatan Suprarasional

Hantoro, Jurnalis
Kamis 08 Februari 2024 07:50 WIB
Ilustrasi MUI ungkap peristiwa Isra Miraj Bisa dipahami melalui pendekatan suprarasional. (Foto: Istimewa/mui.or.id)
Share :

WAKIL Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menyatakan Isra Miraj bagi umat Islam adalah sebuah peristiwa luar biasa. Pasalnya secara rasional, kejadian ini jelas sangat sulit diterima. 

Berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, pesawat tercepat yang bisa dibuat oleh umat manusia sampai saat ini adalah Stardust, yaitu pesawat luar angkasa yang diluncurkann NASA pada 1999 dengan kecepatan maksimum 46.439 kilometer per jam.

Kedua, pesawat New Horizons pada 2006 juga oleh NASA dengan kecepatan 58.536 km/jam. Ketiga, pesawat Voyager1 kecepatannya 62.136 km/jam. Keempat, pesawat Helios1 kecepatannya 228.526 km/jam. Kelima, pesawat Helios2 juga dibuat NASA dengan kecepatan 252.792 km/jam. Keenam, pesawat Parker Solar Probe dengan kecepatan 692.000 km/jam.

"Jadi kecepatan pesawat yang dibuat oleh umat manusia belum ada yang bisa melebihi kecepatan kilat, karena kilat itu kecepatannya 300.000 kilometer per detik," ungkap Buya Anwar Abbas dalam keterangannya yang diterima Okezone, Kamis (8/2/2024). 

Oleh karena itu, lanjut dia, dalam rangka memahami peristiwa Isra dan Miraj tersebut perlu diketahui bahwa jarak di antara planet-planet bila diukur dari matahari sangat jauh.

Planet Merkurius misalnya jaraknya 57,9 juta km dari matahari, Venus 108 juta km, Bumi 150 juta km, Mars 228 juta km, Jupiter 779 juta km, Saturnus 1.430 juta km, Uranus 2.880 juta km, dan Neptunus 4.500 juta km.

Padahal, jarak yang ditempuh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam dalam Isra dan Miraj untuk sampai ke arsy tentu lebih jauh lagi dari jarak antara planet-planet yang diketahui umat manusia tersebut.

"Jadi kalau kita menggunakan pendekatan rasional yaitu yang sesuai hukum alam yang kita ketahui selama ini, maka peristiwa Isra dan Miraj jelas merupakan satu hal yang mustahil. Apalagi kalau kita mengukurnya dengan menggunakan alat transportasi yang ada di waktu itu, yaitu unta dan atau kuda," jelas Buya Anwar Abbas. 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya