PERAN perempuan dalam Islam telah mengalami evolusi signifikan sejak masa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam hingga era modern ini. Islam, sejak awal kemunculannya, telah memberikan hak-hak dan kedudukan yang penting bagi perempuan. Sebelum peradaban Islam muncul, wanita di berbagai belahan dunia memiliki sejarah yang kelam. Kemudian muncul gerakan-gerakan dan upaya wanita pada masa itu untuk melawan segala bentuk penindasan tersebut.
Dalam sejarah peradaban Yunani, sebagai gambaran masyarakat zaman dulu yang paling maju dan modern, ternyata kondisi perempuan atau wanita pada masa itu sangat memprihatinkan. Mereka tidak memiliki posisi mulia dan dianggap penyebab segala penderitaan dan musibah.
Di Romawi, wanita juga memiliki kondisi memprihatinkan, mereka masih dianggap memiliki derajat rendah seperti pelayan. Di Persia, Cina, India, Arab, dan Eropa pun Wanita dalam keterpurukan yang sama. Bahkan pada zaman jahiliyyah Arab, tabu bagi seorang laki-laki yang memiliki anak seorang perempuan, maka anak perempuan tersebut harus di kubur hidup-hidup.
Peradaban kuno menepatkan wanita pada posisi rendah, tak jauh dari penghinaan dan perbudakan. Tugas utamanya adalah hanya untuk memuaskan nafsu laki-laki.
Dari semua kondisi ketertindasan kaum wanita di Barat ini, muncullah Gerakan Feminisme yang menginginkan wanita bukan hanya sebatas pemuas laki-laki. Tugas wanita bukan hanya bekerja di belakang laki-laki, namun wanita juga menginginkan bisa bekerja dan beraktifitas seperti laki-laki. Para wanita akhirnya berbondong-bondong bekerja di luar rumah memenuhi ruang publik demi memenuhi emansipasi. Lantas apakah ini menjadi solusi melawan kondisi tertindas yang dialami kaum wanita?
Islam datang dengan cahayanya yang menerangi kegelapan melalui risalah Nabi Muhammad. Memerangi segala bentuk kedholiman dan menjamin segala hak manusia tanpa terkecuali. Allah telah berfirman tentang bagaimana seharusnya memperlakukan kaum wanita.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَحِلُّ لَكُمْ اَنْ تَرِثُوا النِّسَاۤءَ كَرْهًا ۗ وَلَا تَعْضُلُوْهُنَّ لِتَذْهَبُوْا بِبَعْضِ مَآ اٰتَيْتُمُوْهُنَّ اِلَّآ اَنْ يَّأْتِيْنَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۚ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
“Wahai orang-orang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya." (QS An-Nisa': 19)
Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam juga sering mengingatkan umatnya dengan sabda-sabdanya agar umat Islam menghargai dan menghormati perempuan. "Aku wasiatkan kepada kalian agar berbuat baik kepada para perempuan." (HR Muslim)
Wanita dan generasi adalah satu jalinan mata rantai yang tidak dapat terpisahkan dalam sistem tatanan Islam. Islam menetapakan disamping sebagai hamba Allah yang mengemban kewajiban-kewajiban individual sebagai halnya laki-laki, wanita secara khusus di bebani tanggung jawab sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.
Dalam era peradaban Islam, anak-anak sudah di biasakan menghafal Alquran dengan memperdengarkannya melalui lisan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam, para sahabat, maupun shahabiyah. Hasilnya adalah anak-anak tersebut bisa mengkhatamkan hafalan Qur’annya di usia sebelum baligh, yaitu pada usia kurang lebih 5 tahun ke atas. Selain itu anak-anak juga diajarkan Ilmu Hadits dan Bahasa Arab. Tidak hanya itu, mereka juga diajarkan untuk mengamalkan isi kandungan dari Alquran yang mereka baca.
Dalam dunia dakwah, wanita memiliki peranan yang sangat penting dari semenjak awal penciptaan manusia ke bumi. Hawa adalah potret wanita pertama yang sangat berperan dalam peradaban. Ia diciptakan dari tulang rusuk yang diambil dari tubuh Nabi Adam. Kehadiran Hawa menjadi sebuah hal yang sangat di nantikan oleh Nabi Adam. Dari rahim Hawa terlahirlah generasi-generasi seperti Habil, Qabil, Iqlima, dan lain-lain. Tentunya tanpa kehadiran seorang Hawa maka peradaban manusia tidak akan lahir.
Peran Wanita dalam Dakwah
Islam menepatkan empat wanita terbaik dalam sejarah peradaban dakwah. Mereka adalah para wanita yang tetap teguh dalam membela tauhid, yakni:
1. Asiyah binti Muzahim (istri Fir'aun)
2. Maryam binti Imron (ibunda Nabi Isa)
3. Khodijah binti Khuwailid (istri pertama Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam)
4. Fathimah binti Muhammad (anak Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam)
Mereka semua adalah wanita-wanita hebat yang menempatkan hati sepenuhnya, hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan agama Islam.
Adalah Asiyah binti Muzahim wanita yang menjadi istri dari seorang raja yang sombong dan bengis, yang menginginkan dirinya menjadi Tuhan. Singkat cerita setelah Fir’aun mengetahui bahwa istrinya tidak mau mengakui dirinya Tuhan dan lebih memilih menyembah Tuhan dari Nabi Musa, maka Fir’aun merencanakan penyiksaan dan pembunuhan kepada Asiyah.
Asiyah tetap sabar dan teguh dalam menghadapi segala bentuk penyiksaan. Asiyah meninggal dalam kondisi memegang teguh keimanannya. Kisah Asiyah diabadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Alquran Surat At-Tahrim Ayat 11, ayat tersebut adalah perkataan Asiyah ketika disiksa oleh Fir’aun.
Kemudian yang kedua ialah ibunda mulia yang melahirkan seorang Nabi dan Rasul tanpa seorang ayah. Adalah Maryam binti Imron, ia adalah seorang anak yang telah dinanti nantikan oleh keluarga Imron setelah sekian lamanya tidak memiliki keturunan. Maryam adalah seorang wanita yang sangat terjaga kesuciannya, bahkan Maryam sangat dijaga oleh Allah. Lalu saat itu Allah menguji Maryam dengan berita akan lahirnya seorang bayi dari perut Maryam, padahal tidak pernah ada satu pun seorang laki-laki yang menyentuh Maryam, namun semua itu atas kehendak Allah.
Cobaaan silih berganti datang kepada Maryam, para kaumnya mencemooh Maryam atas kehamilannya. Namun karena kebeningan hati dan kesabaran Maryam, keluarlah bukti dan tanda-tanda kekuasaan Allah. Yaitu setelah bayi tersebut lahir ia dapat berbicara kepada kaumnya serta menjadi Nabi dan Rasul di kemudian hari, bayi itu ialah Nabi Isa.
Selanjutnya adalah seorang wanita yang pertama kali beriman. Adalah Khodijah binti Khuwalid, wanita pertama yang menjadi istri Rasulullah, yang pertama kali bersyahadat di dalam Islam, dan menjadi wanita yang sangat dicintai oleh Rasul. Bahkan Allah menitipkan salam lewat Jibril kepada Khadijah. Khadijah adalah seorang wanita yang memiliki peran penting di dalam dakwah. Ia adalah wanita yang paling tinggi keikhlasannya dalam menemani dakwah Rasulullah dimana saat itu adalah masa awal sulitnya dakwah Islam.
Khadijah juga menjadi wanita yang rela menginfakkan seluruh hartanya di jalan dakwah. Bahkan Khadijah rela menginfakkan rumah yang ia singgahi untuk dijadikan tempat hiruk pikuk belajarnya para sahabat dan Rasulullah. Allah sendiri telah menjamin dibangunkannya rumah khusus untuk Khadijah di surga sebagai pengganti rumahnya yang semasa di dunia digunakan untuk berkontribusi dalam dakwah.
Yang terakhir adalah anak dari seorang Rasul yang paling mulia. Ialah Fathimah Az Zahra binti Muhammad, wanita sekaligus anak yang paling dicintai oleh Rasul. Fathimah lahir dari rahim seorang wanita mulia dan ahli surga, Khadijah binti Khuwalid ibundanya. Fathimah hidup dalam lingkungan jahiliyah yang sangat rusak akhlaknya. Namun karena keshalihahan ibunya, Fathimah tumbuh dalam didikan yang baik, dan mampu menjadi wanita yang terjaga kesuciannya. Ia bahkan hanya mengenal satu laki-laki yaitu bapaknya Nabi Muhammad.
Begitulah kira-kira kisah dari para wanita terbaik sepanjang peradaban, namun masih banyak juga para wanita dari kalangan shahabiyah yang memiliki andil yang besar di dalam Islam. Seperti 10 para ibunda kaum muslimin yang menjadi teladan dalam segala aspek kehidupan berumah tangga. Banyak juga yang meriwayatkan hadits, seperti Aisyah binti Abu Bakar yang menjadi periwayat hadits terbanyak dari kaum wanita. Ada juga Asma’ binti Abu Bakar yang rela menempuh jauhnya perjalanan dalam kondisi hamil untuk mengantarkan makanan kepada Rasul dan Abu Bakar yang sedang bersembunyi di dalam Gua Tsur.
Ada Summayyah, syahidah pertama dari kalangan wanita. Ada Nusaibah yang berani turun di medan jihad untuk membunuh orang-orang kafir. Ada ibunda Anas bin Malik yang menyerahkan satu-satunya harta berharga yaitu anaknya, untuk di jadikan sebagai pengabdi Rasulullah. Dan masih banyak lagi para sahabiyah yang masing masing memiliki peran tersendiri untuk perjuangan dakwah Islam.
Pada masa ketika Eropa menganggap wanita tidak memiliki hak pendidikan, para Muslimah justru mendapatkan masa belajar khusus sejak Islam muncul di masa Nabi Muhammad. Pasca setelah wafanya Nabi, istri-istri Beliau dan para shahabiyah mengajarkan Tsaqafah Islamiyah, dan ada juga ratusan perawi hadits dari kalangan wanita. Banyak juga para wanita yang melahirkan ulama-ulama yang sampai sekarang namanya masih masyhur di telinga kita. Seperti ibunda Muhammad bin Idris yang kerap disebut dengan Imam Asy-Syafi’i, dan juga ibunda para ulama-ulama besar yang berada pada abad tersebut.
Pada abad ke-9 seorang wanita yang memiliki peran didalam dunia Pendidikan dan Budaya bernama Fathimah al Fihri di Maroko, mendirikan Universitas pertama di dunia yaitu Universitas Qairouwan. UNESCO menetapkan Universitas Qairouwan menjadi Universitas pertama dan tertua yang memberikan gelar kepada para lulusannya. Al-Ijliya (Mariam Al-Asturlabi Al-Ijliya), sang Pembuat Astrolab. Al-Ijliya adalah salah satu wanita yang berkontribusi dalam pembuatan astrolab, yaitu instrumen astronomi zaman dahulu yang digunakan oleh astronom, navigator, dan astrolog pada era klasik.
Gevher Nesibe Sultan, sang Inisiator Studi Medis. Gevher Nesibe Sultan adalah puteri Kesultanan Rum pada abad ke-13 awal. Ratu Amina dari Zaria Pendiri Kerajaan Zazzau selama peradaban Islam abad ke-16, ada juga dari kalangan Indonesia seperti Cut Nyak Dien, R.A Kartini, Cut Nyak Mutia yang bertarung melawan penjajah Indonesia yaitu Belanda. Dan tentunya masih banyak lagi para pejuang dakwah dari kalangan wanita. Lalu, bagaimana peran wanita dalam peradaban saat ini?
Peranan wanita dalam peradaban saat ini sangatlah banyak sekali, karena wanita menjadi tombak peradaban ummat. Bagaimana suksesnya sebuah Negara adalah diukur dari bagaimana perilaku seorang calon ibu di dalam menyiapkan sebuah generasi pengganti yang akan memjadi pemimpin ummat nantinya. Banyak kita jumpai saat ini, para kaum wanita memiliki perangai buruk dalam berperilaku dan bertutur kata. Banyak pula kita jumpai wanita-wanita yang minim sekali Ilmu Pengetahuannya, dan itu semua menjadi permasalahan saat ini, kenapa wanita banyak dilecehkan dan direndahkan oleh para kaum laki-laki. Lantas, apa yang bisa kita lakukan sebagai seorang wanita?
Yang perlu kita lakukan adalah mencari bekal Ilmu Pengetahuan yang banyak agar nantinya kita bisa mendidik generasi dan anak- anak kita untuk menjadi pemimpin ummat. Kita juga harus banyak turun untuk berkontribusi terhadap Agama Islam dengan menegakkan Kalimatullah, dalam aspek apa saja semampu yang kita bisa, termasuk dalam hal dakwah. Karena ummat membutuhkan uluran tangan dari para wanita yang mampu mengajari mereka dengan tulus. Ummat butuh kader-kader wanita yang mampu melahirkan generasi yang akan memajukan sebuah Bangsa dan Peradaban.
Oleh:
Latifah Salsabil Nikmah
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Hantoro)