MAKKAH – Ratusan jamaah haji dari Tasikmalaya pagi itu tiba usai menempuh penerbangan ke Tanah Suci. Rahmat pun dengan cekatan langsung menyambut dan melayani duyufurahman (tamu Allah) sesampainya di hotel.
"Bapak ibu selamat datang di Makkah. Di kamar berapa?, tanya Rahmat sambil memindai kartu identitas jamaah.
Rahmat juga mengecek satu persatu kamar serta keperluan jamaah. Bahkan dia juga membawa sejumlah koper jamaah ke kamar masing-masing.
Rahmat merupakan satu-satunya petugas haji disabilitas dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Meski tangan kirinya difabel, namun Rahmat tak pernah merasakan itu sebuah kekurangan.
Warga Lampung Barat ini mengungkapkan, bagaimana dia bisa ikut bertugas di Haramain untuk melayani jamaah haji dan ditugaskan di akomodasi.
“Saya ikut tes petugas haji, waktu itu ada yang kloter, tapi saya milih yang non-kloter, Alhamdulillah saya diterima jadi petugas haji,” ujar Rahmat saat ditemui MCH, di Makkah, Minggu (2/6/2024).
Setelah menerima pengumuman dan dia dinyatakan lolos seleksi serta mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) di Asrama Haji Pondok Gede, Rahmat pun langsung memberitahu kabar bahagia tersebut ke ayahnya.
“Ayah saya umurnya 98 tahun, dia menangis mengucurkan air mata, saat saya memberitahu hasil pengumuman bahwa saya lolos jadi petugas haji. Seumur-umur, saya baru melihat ayah menangis dua kali, pertama waktu ibu saya meninggal,” tuturnya.
Pegawai di Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kementerian Agama Provinsi Lampung ini menegaskan, keterbatasan kondisi fisik tidak menjadikan penghalang baginya untuk melayani jamaah.
"Saya merasa tidak cacat, apa yang dilakukan orang lain saya juga bisa. Kalau orang bisa mikul barang 20 kg saya juga bisa meski bertahap 10 kg dua kali," pungkasnya.