Setelah mereka berkumpul di depan istana, Abu Nawas didampingi Baginda Raja lantas mendatangi mereka.
"Wahai kalian yang mengaku waras," teriak Abu Nawas kepada orang-orang di depannya, "Apakah kalian selama ini menganggap orang lain yang berbeda pikiran dan berbeda pilihan dengan kalian adalah munafik?"
"Benaaaaar!" jawab mereka dengan kompak dan tegas.
"Apakah kalian juga yang menyatakan para munafik itu sesat?" tanya Abu Nawas lagi.
"Betuuuuuul. Dasar sesat!" ucap warga.
"Jika mereka munafik dan sesat, apa konsekuensinya?"
"Hai Abu Nuwas, kamu gila ya? Orang munafik pasti masuk neraka! Dasar munafik, kamu!"
"Baik, jika saya munafik, sesat, dan masuk neraka; di mana neraka yang kalian maksud? Punya siapa neraka itu?" tanya Abu Nawas dengan tenang, sambil kali ini lampu di tangannya diangkat tinggi-tinggi seolah mencari sesuatu.
Kali ini orang-orang di depan Baginda Raja mulai tidak sabar. Mereka merasa diledek dengan mimik Abu Nuwas dan lampu di tangannya.
"Hai Abu Nawas, tentu saja neraka ada di akhirat dan itu milik Allah Subhanahu wa ta'ala. Kenapa kamu tanya?"
"Baginda, mohon maaf," kata Abu Nawas kepada Raja Harun. "Tolong sampaikan kepada mereka, jika neraka ada di akhirat dan yang punya neraka itu adalah Allah, kenapa mereka di dunia ini gemar sekali menentukan orang lain masuk neraka? Apakah mereka asisten Allah yang tahu bocoran catatan Allah? Atau jangan-jangan merekalah yang gila?"
Baginda Raja tercengang mendengar perkataan Abu Nawas tersebut, lalu tertawa lepas. Abu Nawas memang jenaka.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)