Rasulullah SAW juga mengingatkan, setan akan membisikkan pertanyaan-pertanyaan untuk membuat manusia ragu akan eksistensi tuhan, sehingga ia tidak percaya lagi pada aturan-aturan agama dan berbuat sesuka hati. Jika muncul keraguan semacam itu, berhentilah memikirkannya dengan menyibukkan diri dengan hal lain.
3. Hasutan Setan untuk Merusak Rumah Tangga
إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ، ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ، فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً، يَجِيءُ أَحَدُهُمْ، فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا، فَيَقُولُ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا، قَالَ: وَيَجِيءُ أَحَدُهُمْ، فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امرأتهِ، قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ
Artinya, "Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian ia mengirim pasukan-pasukannya. Maka yang paling dekat kedudukannya dengan Iblis adalah yang paling besar fitnahnya (kerusakannya). Salah satu dari mereka datang dan berkata: Aku telah melakukan ini dan itu. Lalu Iblis menjawab: Kamu tidak melakukan apa-apa. Kemudian salah satu dari mereka datang dan berkata: Aku tidak meninggalkan orang itu hingga aku memisahkannya dari istrinya. Maka Iblis mendekatkannya (ke singgasana) dan berkata: Engkaulah yang terbaik." (HR Shahih Muslim, jilid IV, hlm. 2167).
Secara umum, setan selalu berusaha mendekat kepada manusia untuk menjerumuskannya dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam beribadah, berumah tangga, maupun dalam bergaul dengan orang lain.
Ketika manusia enggan atau kesulitan untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk, serta saling bertikai dan berusuhan, maka pada saat itulah setan merasa gembira. Bagi mereka, hal tersebut adalah sebuah prestasi dan keberhasilan. Wallahu a'lam.
(Erha Aprili Ramadhoni)