“Ini menunjukkan bahwa manusia bukan prioritas utama penerima amanah tersebut. Karena itu tidak pantas manusia bersikap sombong,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa meskipun manusia diciptakan dalam bentuk yang terbaik sebagaimana ditegaskan pada Surah At-Tin, Allah tetap menilai manusia sebagai makhluk yang zalūm dan jahūl.
Yusuf menjelaskan bahwa kedua istilah itu merupakan bentuk mubalaghah atau penekanan dalam bahasa Arab: zalūm berarti kezhaliman tingkat tertinggi dan jahūl menunjukkan kebodohan pada level paling parah.
Yusuf menekankan pentingnya muhasabah dalam menjalankan dua amanah tersebut. Pada aspek syariah, ia mengajak jamaah mengevaluasi konsistensi ibadah, terutama shalat lima waktu.
“Kalau amanah itu tidak kita tunaikan atau kita tunaikan setengah-setengah, maka kita bagian dari orang yang berkhianat,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pengkhianatan kepada sesama manusia masih mungkin dimaklumi, tetapi pengkhianatan kepada Allah tidak akan mendapatkan ampunan.
Pada amanah menjaga semesta, Yusuf menyoroti kerusakan lingkungan yang ironisnya justru dilakukan oleh manusia, bukan oleh makhluk lain seperti hewan herbivora.