Mengeluh sering kali dilakukan jika manusia sedang diuji Allah, seperti mengeluh dengan banyaknya masalah kehidupan, gaji kurang, sikap keluarga dan sebagainya.
Sikap mudah mengeluh mudah hadir dari ketidakridhoan atau ketidakikhlasan atas ketentuan takdir dari Allah Subhanahu Wa Ta’aala. Manusia makhluk Tuhan yang memiliki jiwa tergesa-gesa, mengeluh, dan merasa dirinya tinggi.
Manusia cenderung lebih menyukai keuntungan yang bersifat duniawi, meski keuntungannya hanya sedikit, dan mengabaikan keuntungan yang sesungguhnya keuntungan itu sangat amat besar (hari akhirat). Akibatnya jika diberikan ujian oleh Allah manusia cepat mengeluh dan kurangnya rasa bersyukur terhadap Allah.
Ketika manusia mendapatkan keuntungan (rezeki) lebih dari Allah, timbulah rasa tinggi hati, sombong atau kikir. Dengan salah satu sikap yang seringkali tidak kita sadari dan membawa pengaruh negatif bagi diri sendiri ataupun orang lain.
Mengenai sikap mengeluh manusia, Allah SWT berfirman:
إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا ﴿١٩﴾ إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا ٢٠) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا ﴿٢١﴾ إِلَّا الْمُصَلِّينَ ﴿٢٢﴾ الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ ﴿٢٣﴾
Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta), dia jadi kikir, kecuali orang yang melaksanakan salat, mereka yang tetap setia menjalankan salatnya. (al-ma'arij/70:19-23)
Dengan jelas ayat tersebut menyatakan bahwa obat sifat mengeluh tersebut dapat dihilangkan dengan cara salat. Dalam ajaran Islam salat merupakan kewajiban yang harus dijalankan, salat wajib dalam Islam ada 5 waktu.
Mengapa salat bisa meredam sifat mengeluh?