Allah selalu memerintahkan kita untuk berdoa kepada-Nya setiap kali membutuhkan sesuatu. Meski kita tahu bahwa Allah telah mengetahui segala kebutuhan kita tanpa menyebutkanya.
Meski demikian kita harus tetap berdoa. Sebab doa membuktikan penghambaan kita, kerendahan hati kita, dan kelemahan kita.
Sebelum meminta kepada-Nya, kita harus menyiapkan diri kita terlebih dahulu. Berusaha membersihkannya dari segala keburukan, baik keburukan jasmani maupun ruhani.
Pada awalnya, kita harus memulainya dengan memakan makanan yang halal. Imam Abu Bakr al-Thurthusyi mengatakan:
ومن أدابه أكل الحلال، ولعل هذا من شروطه, فإن الرسول صلي الله عليه وسلم يقول لسعد: يا سعد، أطب مطعمك تستجب دعوتك
وكان يقول: الدعاء مفتاح الحاجة، ولقم الحلال أسنانه
“Sebagian dari adab berdoa adalah memakan makanan halal. Barangkali hal ini (memakan makanan halal) termasuk dari syarat (dikabulkannya) doa. Karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam., berkata kepada Sa’d: “Wahai Sa’d, perbaikilah makananmu, maka doamu akan dikabulkan.”
Dikatakan: “Doa adalah kunci kebutuhan, dan makanan halal adalah giginya (penggilingnya).” (Imam Abu Bakr al-Thurthusyi, al-Du’â al-Ma’tsûrât wa Âdâbuhu wa Mâ Yajibu ‘alâ al-Dâ’î Ittibâ’uhu wa Ijtinâbuhu, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2002, h. 24-25)
Dengan makanan halal, kita membebaskan tubuh kita dari keharaman dan ketidak-berkahan, sehingga darah, daging, dan tulang kita terbebas dari keburukan jasmani, dan terhindari dari ketidak-berkahan ruhani.