Masjid Agung Constanta di Rumania Tenggara memiliki menara masjid yang tingginya hampir 50 meter menghadap ke laut hitam. Menara itu dibangun sebagai simbol terima kasih kepada komunitas Muslim atas perintah Raja Carol I pada tahun 1910.

Masjid Agung Constanta terletak di Dobruja, membelah antara Rumania dan Bulgaria, tempat Sungai Danube bertemu laut. Turki Ottoman menyerbu wilayah itu pada akhir abad ke-15 dan kemudian berkembang lebih jauh ke Rumania.
Dobruja Utara berada di bawah kendali Rumania hanya pada tahun 1878, setelah kerajaan muda mengalahkan Kekaisaran Ottoman yang sedang sakit dengan bantuan dari Rusia.
Beberapa Muslim di kawasan itu pergi ke Turki, tetapi yang lain tetap tinggal. Keturunan mereka sekarang membentuk tulang punggung komunitas Muslim Rumania sekitar 64.000 orang, sekitar 0,34 persen dari populasi negara itu.
Dibandingkan dengan negara-negara lain di Eropa Timur, Muslim Rumania hidup berdampingan secara damai dengan komunitas lain.
"Ketika Muslim di sini masih menjadi mayoritas pada tahun 1870-an, Walikota Muslim Kota Medgidia memohon kepada pihak berwenang di Ibu Kota Rumania, Bucharest untuk mendapatkan uang guna membangun gereja bagi umat Kristen setempat," ujar Kepala Mufti Murat Iusuf seperti dilansir Al Jazeera.
Sekitar 26.000 etnis Turki, 20.000 etnis Tatar, dan jumlah Muslim Roma membentuk komunitas Muslim yang beragam di Rumania. Etnis Turki dan Tatar berbicara bahasa Turki, mereka juga sering melakukan perkawinan campuran satu sama lain.
"Dalam 10 tahun terakhir, orang-orang menjadi lebih ingin tahu tentang sejarah mereka. Orang-orang Turki datang dari pantai selatan Laut Hitam dan Tatar dari utara," kata Ketua Organisasi Pemuda Ismail Gaspirali Tatar dan politikus lokal dari Uni Demokrasi Muslim Tatar-Turki, Dincer Geafer.
Meskipun ibadah tidak dianjurkan di bawah komunisme, namun Muslim Rumania mengaku tak mendapatkan penindasan seperti di negara-negara Blok Timur lainnya pada masa itu.
"Nicolae Ceausescu (Presiden Pertama Rumania) memiliki hubungan baik dengan beberapa negara mayoritas Muslim, dari Iran, Libanon, dan Libya, seorang mufti menemaninya ketika dia mengunjungi mereka," tambah Kepala Mufti Murat Iusuf.
Bahkan para siswa dan pekerja dari beberapa negara komunis kala itu akhirnya memilih pindah ke Rumania karena negara tersebut aman untuk beribadah.
Imam di Dobromir dekat perbatasan Bulgaria, Daniyar Cogahmet mengatakan, banyak masjid jarang didatangi umat Muslim saat itu, terutama oleh anak-anak muda.
Umat Muslim bebas untuk mempraktikkan agama mereka, jelas Cigahmet, tetapi kemiskinan di pedesaan membuat banyak orang meninggalkan desa-desa. "Karena banyak yang bisa berbahasa Turki, warga Rumania keturunan Turki dan Tatar biasa pergi ke Turki untuk bekerja," ujar Cogahmet.
Pada 2007, ketika Rumania bergabung dengan Uni Eropa, pola imigrasi itu telah berubah. "Sekarang semua orang ingin pergi ke Jerman, dan ada banyak orang Turki di sana," lanjut Cogahmet.
(Dyah Ratna Meta Novia)