KETIKA hendak menggelar Maulid Nabi Muhammad atau peringatan kelahiran Rasulullah SAW, tentu umat Islam akan teringat perjalanan hidup junjungan tersebut. Di antara banyak sejarah itu, yakni saat ia dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib beserta sang istri Fathimah binti Asad.
Dalam momen Maulid Nabi ini pula kita akan diingatkan kembali bagaimana sayangnya Fatimah kepada Rasulullah, dan sebaliknya betapa sayangnya Nabi Muhammad kepada Fathimah. Sampai-sampai ia menangis dan tidur disamping wanita yang sudah dianggapnya sebagai ibu kandung tersebut.
Tentang Fathimah binti Asad, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sungguh tidak ada orang yang lebih baik kepadaku—sesudah Abu Thalib—lebih dari Fathimah. Aku memakaikan gamisku kepadanya agar ia terbungkus dengan hiasan surga. Aku baringkan ia di dalam lahad agar ia mendapat keringanan siksa kubur.”
Fathimah binti Asad adalah seorang sahabat wanita yang agung. Wanita yang berhijrah kepada Nabi Muhammad dalam iman. Wanita yang menyeru dengan tulus dan sabar.
Fathimah binti Asad ibn Hasyim ibn Abdi Manaf al-Qurasyiyyah al-Hasyimiyyah. Fathimah r.a. adalah istri dari paman Rasulullah SAW, Abu Thalib.
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
Fathimah adalah wanita yang mendapat kehormatan untuk mendidik dan mengasuh Rasulullah SAW, saat Nabi Muhammad dalam asuhan pamannya, Abu Thalib. Ia mengasuh Rasulullah lebih dari mengasuh anak-anaknya sendiri. Ia selalu baik kepada Nabi dan selalu menjaganya selama berada dalam asuhan Abu Thalib, pamannya.
Fathimah memiliki peran penting dalam kehidupan Rasulullah SAW. Saat itu Nabi Muhammad merupakan seorang anak yatim yang baru saja beralih asuhan di bawah Bani Hasyim. Karena setelah ibunya, Aminah, wafat, Rasulullah SAW diasuh oleh kakeknya, Abdul Muththalib. Setelah Abdul Muththalib wafat, wasiat beralih ke tangan pamannya, Abu Thalib. Muhammad SAW yang yatim ini pun hidup bersama beberapa anak pamannya itu.
Istri sang paman, Fathimah, bisa merasakan bagaimana penderitaan yang dirasakan oleh anak yang malang ini. Karena itulah, ia curahkan segenap kemampuan untuk menyanyangi dan membesarkan Nabi Muhammad SAW, agar Rasulullah tidak merasa gelisah, terasing, atau berbeda dengan anak-anaknya sendiri.