KH Maimun Zubair (Mbah Moen), Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Hasyim Asy’ari, merupakan tokoh Islam yang sudah meninggal, tapi kisah mereka melekat di hati Muslim Indonesia.
Ada banyak kisah perjalanan hidup para ulama itu yang patut dijadikan pelajaran. Salah satunya ketika Mbah Moen mengatakan tak berani kepada Gus Dur karea ia dianggap titiasan Hasyim Asy’ari.
Kisah ini terungkap ketika ulama asal Jember, KH Bahrul Munir Al-Hafid, mantu Kyai Mahmud Trengalek bercerita bahwa dirinya pernah memijat Mbah Moen waktu di Rubath Jawa (tempat berkumpulnya santri-santri Nusantara di Makkah).

Gus Dur. Foto: Istimewa
Merupakan suatu kenikmatan sekaligus kebanggaan tersendiri ketika seorang santri mendapatkan kehormatan bisa memijat Guru dan Kyainya, apalagi seperti Mbah Moen.
Saat asyik memijat Mbah Moen, tiba-tiba Bahrul Munir membatin, terbesit dalam hatinya tentang Gus Dur. Tiba-tiba pula Mbah Moen langsung berkata;
“Aku gak wani dengan Gus Dur karena beliau itu titisane Mbah Muhammad Hasyim Asy’ari. (Saya tidak berani sama sekali kepada Gus Dur, karena beliau itu titisan dari KH Hasyim Asy’ari).
Betapa kaget dan terperanjatnya Bahrul Munir terhadap apa yang disampaikan oleh seorang ulama, faqih, muhaddis yang bernama Mbah Moen tersebut.
Terbukti, ketika Gus Dur wafat, Mbah Moen sendiri yang hadir dan mentalkin. Ia Juga menjadi rujukan para ulama dan Kyai Nusantara. Hingga sekarang, makam Gus Dur benar-banar memberikan berkah tersendiri bagi masyarakat setempat. Setiap bulan, kotak amal yang dihasilkan mencapai ratusan juta rupiah.
Mbah Moen juga selalu hadir saat tahlilan dan khoulnya Gus Dur. Seolah-olah Mbah Moen ingin berkata kepada orang-orang yang dengan mudah mengeluarkan kata “sesat” atau “kafir” terhadap Gus Dur, bahwa Gus Dur itu tidak seperti yang mereka kira
Demikian disampaikan oleh Alumnus Universitas Ummul Qura Makkah, Abdul Adzim lewat Fp ULAMA & KIAI Nusantara, sebagaimana dilansir dari laman Muslimmoderat pada Rabu (6/11/2019).