Para tukang sihir yakin bahwa Musa berada di pihak yang benar, oleh sebab itu serentak mereka bersujud dan menyatakan beriman dengan Tuhannya Musa, Allah SWT.
Allah SWT berfirman,
“Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: “Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa”. (QS Thaha [20]: 70)
Tentu saja Raja Firaun marah besar. Kekalahan para tukang sihir itu saja sudah menamparnya, apalagi sampai menyatakan beriman dengan Tuhannya Musa.
Raja Firaun mengancam akan membunuh mereka jika tetap beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun. Allah SW berfirman,
“Berkata Firaun: “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya”. (QS Thaha [20]: 71)
Kekalahan itulah yang menyadarkan para tukang sihir bahwa yang mereka hadapi bukanlah ahli sihir, tapi utusan Allah SWT. Oleh sebab itu mereka segera menyatakan beriman.
Raja Firaun merupakan seorang tiran yang zalim, yang menganggap dirinya tuhan. Ia sangat sombong padahal hanya manusia biasa.
Untuk menghindari tuduhan bahwa dia tidak dapat menerima kekalahan, maka Raja Firaun mencari alasan lain kenapa dia mengancam akan membunuh para tukang sihir itu. Bukan karena beriman dengan Tuhannya Musa dan Harun, tapi karena tidak minta izin terlebih dahulu kepadanya sebelum menyatakan beriman.
Seperti dilansir dari Suara Muhammadiyah, Tidak ada aturan seseorang harus minta izin dulu kepada Raja Firaun sebelum beriman kepada Allah SWT. Tapi begitulah biasanya, seorang raja yang zalim tidak memerlukan alasan yang benar untuk berbuat sewenang-wenang kepada rakyatnya.