Suatu ketika bangsa Indonesia akan memilih pemimpin baru. Poros Tengah yang dikomandani oleh Amien Rais mengusulkan Kiai Gus Dur sebagai calon Presiden Republik Indonesia.
Tak lama berselang, ada demo yang dilakukan anak-anak IPNU dan PMII. Mereka berorasi dan membawa spanduk bertuliskan, antara lain: "Gus Dur Jangan Mau Jadi Presiden! Itu hanya akal-akalan Amien Rais" dan sejenisnya.

Seperti dilansir NU Online, intinya baik IPNU dan PMII menolak Gus Dur dicalonkan sebagai presiden karena hanya akan dibuat main-main.
Kiai Bukhori yang setelah itu berada di kantor Pimpinan Pusat GP Ansor bertemu dengan anak-anak yang demo tersebut. Ia penasaran, kemudian bertanya kepada salah satu dari mereka.
"Kamu ngapain demo? Siapa yang menyuruh?" tanya Kiai Bukhori.
"Gus Dur yang menyuruh, Kiai," jawabnya.
Ini malah membuat Kiai Bukhori semakin bertanya-tanya dalam hati: kok Gus Dur yang meyuruh, keperluannya untuk apa?
Benarlah, setelah demo itu, muncul statemen dari Amin Rais yang menegaskan bahwa Poros Tengah tidak main-main mengusung Gus Dur sebagai calon presiden Republik Indonesia.
Mengetahui hal itu, Kiai Bukhori yang bersahabat karib dengan Gus Dur sedari kecil itu pun berseloroh, "Oalah, ya memang statemen itulah yang diharapkan. Dasar Gus Dur ini memang kancil, banyak akalnya!"
Ternyata demo ramai-ramai itu cuma {settingan} Gus Dur
(Dyah Ratna Meta Novia)