Asma' tinggal bersama Abdullah ibn Zubair, putranya, sebagai wanita yang terhormat dan mulia. Ia hidup di bawah pengawasan Rasulullah yang mengawai dan menyantuninya. Rasul tidak pernah melupakan Asma' dari doa yang penuh berkah. Suatu hari Asma' mengalami bengkak di lehernya. Selanjutnya, Nabi SAW mengusap leher Asma' sambil berdoa, "Ya, Allah, sembuhkanlah ia dari kejahatan dan sakitnya." Atas izin Allah, Asma' pun sembuh
Beberapa tahun telah dilewati oleh Asma Dzât an-Nathâqain (Pemilik Dua Ikat Pinggang) untuk menyaksikan mangkatnya Rasulullah dan ayahnya Abu Bakar ash-siddiq. Selama masa itu, Asma' masih hidup berdua dengan Abdullah, anaknya, seorang pemuda pembela kebenaran, juru bicara kejujuran, pemilik pedang yang tajam, dan teguh dalam pendirian.
Asma' selalu mengajarkan kepadanya akan panacaran nubuwah yang ia peroleh dari Rasulullah. Asma' merawat anaknya sebagai seorang ibu yang beriman dan pemberani. Ibu yang tidak merasa takut terhadap celaan orang yang mencela selama ia teguh berada di jalan Allah. Hari demi hari ia lalui dengan penuh kesabaran hingga terjadilah musibah besar ketika sang anak meninggal dunia.
(Abu Sahma Pane)