Di tengah pandemi virus corona yang melanda dunia. Banyak warga yang tak mampu di berbagai negara terkena dampaknya, mereka susah mendapatkan uang untuk makan.
Termasuk warga tak mampu di Pakistan. Apalagi saat ini Pakistan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial lebih luas seperti physical distancing guna memerangi virus corona. Akibatnya banyak pekerja harian yang semakin kesulitan dalam mencari nafkah.
Namun rupanya zakat membantu orang-orang yang saat ini kesulitan untuk bekerja maupun yang kesusahan di bidang ekonomi.

Di luar deretan toko-toko kelontong di Karachi, pemandangan luar biasa terlihat selama dua minggu terakhir. Warga Pakistan bukannya buru-buru pulang setelah berbelanja untuk menghindari tertular virus corona, banyak warga yang malah sengaja berkeliling untuk menawarkan bantuan makanan, uang, atau bantuan lainnya kepada banyak orang di jalanan yang tidak memiliki tempat untuk berlindung.
Pemberian ini sering disertai dengan permintaan kepada penerima untuk berdoalah agar wabah virus corona ini segera berakhir.
Seperti banyak negara lain, Pakistan telah memberlakukan tindakan pencegahan yang ketat dalam menghadapi pandemi global virus corona, termasuk menutup sekolah, melarang pertemuan publik dan menutup semua bisnis yang tidak menjual bahan makanan atau obat-obatan.
Tetapi tidak seperti beberapa negara lain yang memerintahkan tindakan serupa, efek dari penutupan yang berkepanjangan di sini dapat memiliki konsekuensi ekonomi yang jauh lebih mengerikan dan berpotensi fatal.
Seperti dilansir dari BBC, Selasa (7/4/2020), dalam pidatonya terkait virus corona baru-baru ini, Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan mengatakan, sebanyak 25% orang Pakistan tidak mampu makan dua kali sehari.
Jika Pakistan mengeluarkan langkah-langkah karantina yang lebih ketat dan memaksa orang tinggal di rumah, banyak pekerja harian seperti pedagang kaki lima hingga tukang semir sepatu tidak akan memperoleh uang satu rupee pun dalam berminggu-minggu. Akibatnya mereka akan kelaparan.
"Jika kita menutup kota-kota, di satu sisi kita menyelamatkan mereka dari virus corona, tetapi di sisi lain mereka akan mati karena kelaparan. Pakistan tidak memiliki kemampuan yang sama seperti Amerika Serikat atau Eropa. Ada kemiskinan yang parah di negara kita," terang Imran Khan.
Dalam kesulitan Pakistan masih punya harapan
Di tengah pandemi corona, rakyat Pakistan bersatu bersama-sama untuk membantu mereka yang kurang beruntung dengan cara yang unik dan inspiratif.
Secara khusus, banyak yang menawarkan zakat untuk para pekerja harian yang tidak memiliki gaji, asuransi kesehatan atau dana simpanan.
Dalam bahasa Arab, zakat diterjemahkan menjadi sesuatu yang menyucikan. Menurut lima Rukun Islam, zakat adalah salah satu kewajiban agama yang paling penting bagi umat Islam.
Pemberian sedekah wajib ini dihitung 2,5% dari kelebihan kekayaan per tahun seseorang. Ada parameter ketat untuk menentukan nisab, atau ambang batas, di mana aset seorang muslim harus dibayarkan zakatnya, serta siapa yang berhak menerimanya.
Berasal dari keyakinan bahwa dunia ini bersifat sementara dan semua yang dimiliki manusia berasal dari kebajikan Allah SWT, zakat menjunjung tinggi gagasan bahwa mereka yang kurang beruntung memiliki hak dari segala hal yang dimiliki sementara oleh masyarakat secara keseluruhan.
Sementara banyak bagian dunia lain berfokus pada kebersihan fisik selama wabah virus corona, Dr Imtiaz Ahmed Khan, seorang ahli biologi molekuler di Universitas Hamdard di Karachi, menganalogikan zakat dengan pembersihan spiritual, mengutip ungkapan Pakistan yang populer, "Paisa haath ki meil hai" (Uang itu seperti kotoran di tangan seseorang).
"Zakat menghilangkan kotoran dari harta benda," kata Dr Khan.
"Saya bertanggung jawab jika ada tetangga saya yang tidur dengan rasa lapar. Bagaimana bisa saya memiliki dapur yang terlalu banyak menimbun makanan sementara salah satu tetangga saya membutuhkan makan?", tambah Dr Khan.
Semangat berbagi tertanam kuat dalam DNA Pakistan. Faktanya, di seluruh 47 negara mayoritas Muslim di dunia, kontribusi zakat biasanya bersifat sukarela. Tetapi Pakistan adalah salah satu dari hanya enam negara mayoritas muslim yang mewajibkan zakat untuk dipungut oleh pemerintah.
Menurut Rizwan Hussain, penulis The Oxford Encyclopedia of the Islamic World, "Pakistan adalah satu-satunya negara yang didirikan atas nama Islam dan spiritualitas yang tinggi ini tercermin dalam hukumnya."
Sebuah studi nasional menemukan bahwa 98% orang Pakistan menyumbangkan harta atau menyumbangkan waktu mereka untuk kegiatan amal. Angka yang jauh melebihi jumlah orang yang secara hukum memiliki kewajiban berzakat.
"Sebagai bangsa, kita mungkin tidak memiliki banyak kekayaan, tetapi kita memiliki hati yang besar," kata M Sohail Khan, seorang warga Pakistan yang tinggal di Loughborough, Inggris.
"Kunjungi desa mana saja dan penduduknya akan membuka rumah mereka untukmu; mengutamakan orang lain adalah budaya kami. Kami telah melihat banyak penderitaan. Karenanya kami memiliki empati dan kasih sayang. Kita bahkan mungkin memiliki terlalu banyak empati, karenanya perlu sosialisasi lebih luas untuk meyakinkan warga bahwa pembatasan sosial tidak sama dengan mengabaikan tetangga Anda," ujar Shohail Khan.