Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pendidikan dan Nilai Ketuhanan

Pendidikan dan Nilai Ketuhanan
Pendidikan dan Ketuhanan (Foto: Okezone)
A
A
A

Setiap bulan Mei, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Pada saat di mana peringatan Hari Pendidikan Nasional jatuh pada bulan suci Ramadhan, tidak ada cara yang lebih tepat selain merenungkan pendidikan dari aspek keagamaan.

Dalam khazanah Islam, konsep pendidikan dikenal dengan istilah tarbiyah. Secara morfologis, istilah ini adalah bentuk nomina (mashdar) dari pentasrifan rabbaa, yurabbii, tarbiyatan. Secara etimologis ia berarti memperbaiki sesuatu menuju kesempurnaan.

Konsep tarbiyah ini sangat istimewa karena ia memiliki satu akar kata dengan suatu konsep paling sentral dalam teologi Islam, yaitu Rabb (Tuhan). Selain Rabb, dalam Islam, konsep Tuhan juga dikenal melalui istilah Ilah. Jika Ilah merujuk pada konsep Tuhan yang “pasif,” yaitu sebagai Yang Disembah, maka Rabb adalah konsepTuhan yang lebih “aktif,” yaitu sebagai pengatur dan pencipta.

Secara leksikal dapat segera disimpulkan bahwa konsep pendidikan sangat erat dengan konsep Tuhan sebagai pengatur dan pencipta. Pendidikan dapat dikatakan sebagai upaya manusia memahami karya, sifat, maupun perilaku Tuhan. Wahyu pertama yang juga diturunkan pada bulan Ramadhan secara implisit menjelaskan esensi pendidikan. Itu adalah surah al-‘Alaq ayat 1-5:

Bacalah dengan namaTuhanmu yang telah menciptakan, Ia menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmu lah yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan manusia dengan qalam, Ia mengajarkan apa yang manusia tidak ketahui.

Ayat-ayat tersebut mengindikasikan tiga aspek dasar pendidikan: tujuan,substansi, dan metode pendidikan. Pertama, dalam hal tujuan, ayat-ayat tersebut jelas menunjukkan bahwa episentrum dari semua proses pendidikan adalah pengenalan akan Tuhan: eksistensi-Nya sebagai pencipta, proses penciptaan yang Ia lakukan, dan sifat-Nya yang Maha Pemurah (selain sifat-sifat mulia lainnya). Gambaran itu terlihat jelas dalam kelima ayat.

(Baca Juga : Viral Kata Corona Ada dalam Ayat Alquran? Ini Penjelasannya)

Kedua, secara substansi, ada dua hal yang semestinya dikandung dalam pendidikan: ilmu pengetahuan dan akhlak. Kita diperintahkan membaca dan meneliti ciptaan Tuhan, terutama ciptaan-Nya yang paling sempurna, manusia. Ini adalah aspek ilmu pengetahuan. Selain itu, Tuhan juga menunjukkan diri-Nya sebagai yang Maha Pemurah. Ini adalah pelajaran tentang akhlak, karena manusia juga dituntut untuk meniru akhlak Tuhan dalam batas-batas kemanusiannya (takhalluq bi akhlaq-i-llah).

Ketiga, mengenai metode, jelas disebutkan pendidikan ditempuh dengan dua cara: membaca (qira’ah) dan mengajar (ta’lim). Dua acara ini semestinya dilakukan secara berurutan. Pendidikan harus didahului dengan membaca, bahkan perintah “membaca” ini diulang dua kali.

Membaca dalam hal ini bisa bermakna denotatif dalam arti membaca tulisan atau bermakna simbolik yang berarti mengamati, memikirkan, atau berimajinasi tentang ciptaan Tuhan. Dalam pendidikan, kebiasaan membaca ini perlu ditanamkan lebih dulu untuk mendorong rasa ingin tahu dan merangsang kreativitas.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement