Menurut pakar komunikasi dan budaya digital Dr Firman Kurniawan, peningkatan konsumsi media sosial dan apa yang dikonsumsi itu merupakan hal wajar. Ia menyebutnya sebagai relaksasi.
"Relaksasi. Informasi tentang covid-19 sekarang ini kan begitu mencekam, baik soal jumlahnya, kematiannya, cara penularan, dan ini menjadi satu-satunya informasi yang ada dalam tiga bulan terakhir ini. Nah ketika tiba Ramadan, kita jadi seperti menemukan oase untuk mendapatkan informasi lain selain itu, yang tidak membutuhkan pemikiran berat. Ini yang ada di media sosial dan sangat dibutuhkan warga –resep makanan, film klasik, foto-foto atau kenangan masa lalu, relasi dengan keluarga. Ini penting juga untuk menjaga kewarasan. Publik melakukan relaksasi," ulasnya.
Lebih jauh Firman mencatat peningkatan konsumsi media sosial ketika Ramadan juga sangat erat kaitannya dengan perubahan pola hidup akibat covid-19.
"Jika dulu orang bisa beribadah di masjid, berbuka puasa bersama teman-teman atau keluarga di restoran, atau jalan-jalan ke pusat perbelanjaan; kini semua dipusatkan di rumah. Sekolah-bekerja dan beribadah di rumah. Walhasil media sosial menjadi pintu satu-satunya untuk mendapat informasi dan relaksasi. Pada saat Ramadan ini yang dikonsumsi adalah yang lebih ringan atau lebih santai," imbuh Firman.
Selain Facebook, Instagram menjadi salah satu bentuk media sosial yang paling sering digunakan. Sementara waktu yang paling diminati untuk menggunakan media sosial justru menjelang sahur yaitu sekira pukul 03.00.
(Hantoro)