INDONESIA merupakan negara yang kaya akan budaya, baik dari pakaian, kebiasaan maupun makanannya. Nah, beberapa makanan khas daerah pun hanya ada ketika musim Lebaran seperti saat ini.
Salah satu kuliner lokal yang juga banyak beredar saat lebaran yakni kue amprut, asal Kabupaten Pemalang. Kue amprut atau kue sagon memang kerap menghiasi
Penganan yang terbuat dari tepung ketan dan kelapa ditambah pemanis gula asli ini bukan sekedar suguhan saat Lebaran, tapi memiliki makna mendalam.
Amprut yang biasanya dimakan sebelum sungkem meminta maaf kepada orangtua mengandung filosofi keseriusan. Sama seperti ketika memakannya yang butuh keseriusan agar tidak tersedak, melakukan sungkem tidak boleh main-main, harus fokus dan penuh dengan sopan santun.
Namun kini hanya sedikit warga yang masih menyuguhkan kue amprut saat Lebaran. Cara membuatnya yang membutuhkan waktu lama dan agak sulit membuat penganan ini mulai ditinggalkan. Salah satu yang masih melestarikannya adalah Titi Faryanti yang membuka toko cemilan, oleh-oleh khas pemalang, amprut dirumahnya di Perumahan Sugihwaras Indah No 61 Pemalang.
"Saya memang ingin melestarikan makanan yang sudah mulai langka ini," kata Bu Yanti, sapaan akrab Titi Faryanti seperti dilansir dari Sindonews.
Menurutnya, membuat kue amprut membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Bahan parutan kelapa harus disangrai selama 1-1,5 jam hingga kering. Tepung beras ketan juga disangrai dengan lama proses yang hampir sama.
Setelah benar-benar matang, kedua bahan itu dicampur dan diberi gula serta sedikit garam dapur. Perbandingan bahan baku amprut adalah 1 kg beras ketan, satu butir kelapa, 0,5 kg gula pasir, 7 gram garam dapur.
"Makanan yang sudah dicampur dan berupa serbuk ini kemudian dikemas menggunakan tempat khusus toples dengan berat sekitar seperempat kilogram," katanya.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran