JAKARTA – Dalam Islam, akhir perjalanan manusia hanya bermuara pada dua tempat: surga atau neraka. Surga menjadi dambaan setiap manusia, di mana kenikmatan dan kebahagiaan yang tak terbatas dijanjikan Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya yang senantiasa menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Di sisi lain, neraka adalah tempat siksaan yang tiada berakhir. Di dalamnya terdengar jeritan dan tangisan akibat pedihnya azab, disertai penyesalan mendalam atas dosa-dosa yang dahulu dilakukan di dunia. Neraka Allah sediakan bagi mereka yang menyekutukan Allah, mengabaikan kewajiban, serta terus-menerus melanggar larangan-Nya.
Dilansir dari NU Online, jika rasa takut akan neraka membuat hati kita gemetar, kisah Juhainah kiranya dapat menjadi penenang. Kisah ini mengingatkan bahwa rahmat Allah sangat luas dan harapan tidak pernah tertutup bagi hamba yang bersandar kepada-Nya.
Sebagaimana dicatat oleh Imam Jalaluddin as-Suyuthi (wafat 911 H) dalam kitab Jami’ul Ahadits perihal salah satu hadis Rasulullah yang berasal dari Ibnu Umar, Juhainah merupakan nama seorang laki-laki terakhir yang masuk surga. Dalam riwayat tersebut dijelaskan:
آخِرُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ رَجُلٌ مِنْ جُهَيْنَة يُقَالُ لَهُ جُهَيْنَة
Artinya, “Orang terakhir yang masuk surga adalah seorang laki-laki dari suku Juhainah, yang bernama Juhainah.”
Namun, riwayat dengan redaksi di atas dinilai batil oleh Imam ad-Daruquthni dalam Jami’ul Ahadits, jilid I, halaman 23, karena adanya kelemahan pada sanad dan matannya. Kendati demikian, makna kisah tentang orang terakhir yang masuk surga tidak serta-merta gugur, karena terdapat riwayat lain yang menjelaskan peristiwa tersebut dengan uraian lebih detail, serta dinilai sahih oleh para ulama hadis.