Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Striker AS Monaco Biayai Masjid dan Madrasah: Saya Suka Berbagi

Hantoro , Jurnalis-Rabu, 24 Juni 2020 |10:49 WIB
Striker AS Monaco Biayai Masjid dan Madrasah: Saya Suka Berbagi
Keita Balde. (Foto: Istimewa/About Islam)
A
A
A

MUSLIM pesepakbola dari klub AS Monaco, Keita Balde, mengecam tindakan rasisme yang terjadi di Spanyol. Ia pun melakukan gerakan untuk membantu para korban ketidakadilan tersebut.

"Kehidupan hitam tampaknya penting jika nama Anda Keita Balde (sebagai bintang sepakbola, red), tetapi jika Anda seorang pekerja paruh waktu di Lleida (kota di bagian barat Katalunya, Spanyol), kehidupan Anda tidak dihargai," ungkap Keita, sebagaimana dikutip dari About Islam, Rabu (24/6/2020).

Baca juga: Cara Unik Imam Masjid di Amerika Beri Peringatan soal Covid-19 

Penyerang AS Monaco berkewarganegaraan Senegal, tapi lahir di Arbucies dan besar di Barcelona, Spanyol, ini menyayangkan bahwa rasisme masih terjadi di Spanyol. Ditambah, pandemi virus corona (covid-19) memberikan dampak krisis terhadap nasib pekerja musiman di sana.

Di antara mereka yang berjuang selama pandemi covid-19 adalah 150 keluarga kulit hitam yang ditolak bernaung di hotel-hotel. Keita Balde pun terpanggil untuk memberikan bantuan.

Ilustrasi masjid. (Foto: Unsplash)

Dirinya mengetahui masalah ini melalui rekaman video oleh pembuat film Paco Leon yang bekerja dengan pekerja musiman Serigne Mamadou untuk menunjukkan ketidakadilan yang dihadapi pekerja musiman.

Oleh karena itu, Muslim pesepakbola ini memutuskan memberi bantuan keluarga-keluarga tersebut dengan menyediakan tempat tinggal dan makanan gratis.

Baca juga: Zulkarnain, Raja Shalih Sang Pernakluk yang Mengurung Ya'juj dan Ma'juj 

"Mungkin mereka (hotel, red) tidak mau menyewakan apa pun kepada bocah kulit hitam. Saya merasa harus melakukan apa yang saya bisa untuk membantu," katanya.

"Saya tidak ingin menawarkan kata-kata, saya tidak ingin berbicara, saya ingin fakta. Orang-orang membutuhkan bantuan. Mereka hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi, tidur di jalanan di antara kotak-kotak kardus. Mereka bekerja 13 jam sehari dengan upah 25 euro; dan harus membeli makanan, menemukan tempat tinggal. Mereka tidak mencuri dari siapa pun," tegas Keita Balde.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement