Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Wanita Pejuang Feminisme hingga Akhirnya Memeluk Islam

Saskia Rahma Nindita Putri , Jurnalis-Rabu, 01 Juli 2020 |18:39 WIB
Kisah Wanita Pejuang Feminisme hingga Akhirnya Memeluk Islam
Laura, pejuang feminisme yang memilih masuk Islam (Foto: About Islam)
A
A
A

Karenanya, munculah gerakan feminisme. Bagi Laura, feminisme tak diartikan sebagai gerakan membenci pria atau ingin membalikkan keadaan dengan menindas mereka. Namun, ia menekankan bahwa ini adalah lebih mengarah pada tuntutan keadilan dan pengakuan umum bahwa wanita itu pantas dihormati, layak mendapat upah yang setara, lingkungan yang aman, peluang pendidikan dan karir yang sama tingginya dengan kaum pria.

Di titik inilah kemudian Laura mulai mencaritahu tentang Islam. Ia mengaku bahwa rasa penasarannya bermula dari perempuan-perempuan yang diwajibkan berjilbab, namun pria nampaknya tak diwajibkan memakai suatu pakaian tertentu.

“Saya bertanya-tanya, mengapa wanita muslim diharuskan menutupi tubuh dan rambut mereka, sementara pria muslim nampaknya diperbolehkan untuk berpakaian sesukanya? Apakah ini bukti atas penindasan bahwa seorang wanita memiliki batasan terhadap busana apa yang boleh dikenakannya? Lalu, bagaimana mereka dapat dengan bebas melakukan aktivitas yang disukai? Apakah pakaian itu menjadi simbol dari misoginis yang dimaksudkan untuk mengekang wanita dan melarangnya untuk menjalani hidup dengan bebas dan menarik?”, Laura bertanya secara bertubi-tubi.

Belum lagi ditambah bagaimana muslim digambarkan dalam media arus utama yang semakin menegaskan keyakinan Laura bahwa wanita muslim jauh lebih tak berdaya dibandingkan wanita Barat.

Seraya bersyukur, Laura justru mencari tahu lebih banyak mengenai Islam. Beruntung, ia melihat kebenaran dalam proses belajarnya itu, terutama tentang bagaimana status seorang perempuan yang sebenarnya dalam Islam.

“Saya terkejut mengetahui banyak hak atau otoritas bagi wanita dalam sejarah Islam, seperti memiliki dan mewarisi tanah dan properti, memilih dan memiliki bisnis, mengejar pendidikan, mempertahankan upahnya dan membelanjakannya sesuai keinginannya. Hal ini telah terjadi sejak 1400 tahun yang lalu, berabad-abad sebelum wanita Barat memiliki kebebasan yang sama,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia menceritakan kekagumannya saat melihat pakaian muslimah, yang ia nilai sebuah pakaian yang sangat sederhana dengan jilbabnya, yang ternyata merupakan sebuah cara untuk taat kepada Sang Pencipta dengan melindungi harga diri dengan berpakaian menutup aurat.

Mempelajari Islam lebih dalam, Laura mengaku tergugah dengan fakta bahwa Allah akan menghakimi seseorang bukan berdasarkan jenis kelamin, namun berdasarkan perbuatan mereka.

“Dalam Islam, saya tak menemukan adanya budaya patriarki atau matriarki. Pria dan wanita dipandang sama dan diharuskan untuk sama-sama taat kepada perintah-Nya, Keduanya diberikan hak dan tanggung jawab yang sama oleh Allah. Meski adanya peran tertentu yang dibatasi untuk pria, seperti sebagai imam atau qawwam (wali) keluarga, seperti menjadi seorang kepala rumah tangga,” jelasnya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement