Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Tentara Muslim Jerman Berjuang untuk Negaranya, tapi Malah Didiskriminasi

Ade Naura , Jurnalis-Senin, 27 Juli 2020 |17:18 WIB
Kisah Tentara Muslim Jerman Berjuang untuk Negaranya, tapi Malah Didiskriminasi
Pasukan elite Jerman KSK (Foto Militer Jerman)
A
A
A

Namun, tidak ada orang muslim yang bisa dihubungi untuk perihal ini, padahal ada 3.000 tentara, “Itu adalah jumlah yang sangat signifikan,” ujar Letnan Hammounti-Reinke.

“Setiap orang di dalam kemiliteran adalah jumlah yang pasti. Saat ini Kapelan Yahudi sudah diurus, yang sudah lama terlambat. Tapi untuk pelayanan Islam, mereka seperti tidak mau adanya,” kata juru bicara Menteri Pertahanan pada DW.

“Banyak keanggotaan dalam militer yang menganut agama Islam dan seharusnya mereka mendapat hak untuk pelayanan keagamaan.”

Perbaikan kampanye Bundestag yang lamban

Pertahanan Jermann menyediakan satu Pastur unuk setiap 1.500 tentara, dan memamng hak kebebasan beragama ada dalam konstitusi. Uskup Rink mengingat pembicaraannya dengan Menteri Ursula von der Leyen bahwa ingin diurusnya perihal untuk berbicara dengan Dewan Pusat Keagamaan Muslim namun terhalang dengan adanya pemilihan Bundestag.

Juru Bicara Kementrian Pertahanan menjelaskan bahwa ingin diperluasnya pelayanan keagamaan namun karena bentuk organisasi yang beda dengan agama Islam, maka masih belum bisa untuk diprediksi kedepannya.

Adapun Central Contact Point for Soldiers of Other Faiths (ZASaG) yang mengurus jika adanya tentara yang tewas karena bertugas. Apabila memang ada tentara Muslim yang tewas di medan tugas , maka akan coba dicarikan imam, ia hanya bisa berspekulasi seperti itu unuk sekarang. Padahl, ada banyak tentara Muslim Jerman yang mempertaruhkan nyawanya untuk melayani negara tanpa adanya pelayanan keagamaan.

Dengan hukum yang legal, Rink mengatakan bahwa akan dicarikan yang tidak harus imam untuk pelayanan agama islam. Dan tentu Mayzek aneh akan hal itu, dan berkata bahwa ini adalah salah satu non-intergrasi dari agama islam.

Berbagai kelompok sosial, termasuk kelompok agama, diwakili dalam Dewan Penasihat Internal Bundeswehr, tetapi tidak ada yang mewakili komunitas Muslim. Undangan dibagikan secara pribadi, bukan sebagai kelompok. Itu juga bisa berlaku untuk Nariman Hammouti-Reinke, yang berjuang untuk Jerman di Afghanistan.

Untuk mengusahakan ini, Mayzek berkata harus mau dalam menjalin kerja sama dengan pastur-pastur militer. Hammouti-Reinke membahas adanya tentara wanita yang memakai hijab, namun untuk sekadar ini Jerman masih mencari jalan? Untuk diadakannya Rabi untuk para umat Yahudi saja bisa diusahakan dalam setahun setengah.

“Ini sangat tidak adil,” ungkap Hammouti-Reinke.

“Terlihat seperti Islam belum ada di Jerman,padahal saya sudah mengabdi kepada negara kami, negara kami adalah Jerman dan kita akan memberikan hidup kita pada Jerman.”

(Salman Mardira)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement