Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Meneladani Kesabaran Abu Qilabah, Sahabat Nabi Terakhir yang Wafat di Padang Tandus

Saskia Rahma Nindita Putri , Jurnalis-Senin, 27 Juli 2020 |22:03 WIB
Meneladani Kesabaran Abu Qilabah, Sahabat Nabi Terakhir yang Wafat di Padang Tandus
Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
A
A
A

LAHIRNYA Islam hingga kini tentu tak lepas dari peran para orang terdahulu yang begitu berjasa. Di zaman Rasulullah beliau dikelilingi oleh para sahabat yang memiliki satu tujuan yakni mendukung perkembangan Islam melalui berbagai daya dan upaya.

Hadirnya para sahabat Nabi ini tentu telah berkontribusi banyak pada perkembangan Islam hingga kini menjadi salah satu agama besar di dunia.

Adalah Abu Qilabah, salah satu sahabat Nabi yang terkenal akan kesabarannya. Beliau memiliki nama lengkap Abdullah bin Zaid al-Jarmi, yang sepanjang hidupnya dikenal sebagai ahli ibadah dan sangat taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ia menjadi sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam yang terakhir wafat di antara yang lainnya.

Dai kondang Ustadz Khalid Basalamah mengisahkan detik-detik meninggalnya Abu Qilabah berawal dari datangnya seorang musafir yang menemukan sebuah tenda kumuh dan bertujuan untuk meminta perbekalan tambahan untuk melanjutkan perjalanannya.

“Suatu waktu ada satu orang lagi jalan, musafir dari satu kota ke kota lain. Menaiki kuda, sampai ia kehabisan bekal, lalu ia lihat sebuah kemah di padang pasir yang luas. Di tenda ini ia lihat pemandangan yang sangat memilukan. Kemah itu kosong, tidak ada makanan dan minuman, dan ia melihat ada satu orang terbaring dengan punggungnya, kedua tangan dan kakinya putus, lalu kedua matanya buta,” kata Ustadz Khalid dalam sebuah ceramah dikutip dari channel YouTubenya.

Baca juga: Subhanallah, Ini 5 Ganjaran Orang Sholat Berjamaah Tepat Waktu

Pria lumpuh dan buta tadi hanya tergeletak tak berdaya. Sang musafir masuk ke dalam bangunan kecil itu dan mengucapkan salam, dan mendengar pria lumpuh tadi menjawab salamnya tersebut. Karena heran, lalu sang musafir menanyakan siapakah pria itu dan alasan mengapa ia berada di padang pasir yang panas itu.

Tak ingin menyebutkan namanya, pria lumpuh tersebut hanya menyebutkan bahwa dirinya adalah salah seorang hamba Allah. Sang musafir tadi kemudian balik menceritakan tentang dirinya, dan mengatakan bahwa dirinya hendak meminta makanan dan minuman karena perbekalannya yang sudah habis.

Secara mengejutkan, pria lumpuh itu menyebutkan rasa syukurnya dengan mengatakan Alhamdulillah dan memuji Allah Ta'ala atas nikmat yang disempurnakan untuknya. Hal tersebut membuat sang musafir keheranan, lantaran ia tak sedikitpun melihat bahwa pria lumpuh itu memiliki hal yang dapat disebut sebagai nikmat yang harus disyukuri.

Si pria lumpuh itu memerintahkan sang musafir untuk tutup mulut, dan menjelaskan bahwasanya ia bersyukur karena ia masih diberikan kemampuan untuk mengucapkan kalimat untuk memuji-Nya, yang dinilai sebagai nikmat yang tiada tara.

Baca juga: Kisah Raja Namrud Mengaku Tuhan, Membakar Nabi Ibrahim dan Mati Diserang Lalat

Sang musafir pun merasa kagum dengan pria lumpuh itu. Ia pun berniat untuk menawarkan bantuan kepadanya, dan mendengar bahwa sang pria lumpuh memintanya untuk mencari anak laki-lakinya yang biasa menemaninya setiap hari di tenda kumuh tersebut. Ia mengatakan, bahwa dirinya tak pernah lagi mendengar kedatangan anaknya sejak 3 hari lalu.

Pria lumpuh itu menambahkan, bahwa hanya ia dan anak laki-lakinya yang tinggal di padang pasir luas itu, oleh karenanya ia yakin bahwa jika sang musafir menemukan seorang pria yang tak jauh dari tenda tersebut, sudah dipastikan bahwa itulah anak lelaki yang dimaksud.

“Tidak jauh dari kemah itu, ada jenazah manusia yang sedang dikerumuni oleh singa. Barulah sang pendatang bilang, pasti ini anaknya, tetapi sudah mati. Ia melihat jenazah itu sedang dicabik-cabik dagingnya oleh singa. Lalu sang pendatang kembali, dan bingung, bagaimana harus menjelaskan kepada orang ini (pria lumpuh). Dia sendiri susah, hidup di padang pasir sendirian, lumpuh dan anaknya di makan singa,” jelas Ustadz Khalid.

Lalu ia datang kembali ke hadapan pria lumpuh tadi, dan menanyakan kepadanya tentang kisah Nabi Ayyub alaihissalam. Pria lumpuh tadi menjelaskan bahwa Nabi Ayyub adalah manusia tersabar, dengan berbagai cobaan yang begitu dahsyat, yakni dilanda penyakit menular, kematian seluruh anaknya, ditinggal oleh kaumnya hingga jatuh miskin karena kehilangan hartanya.

Sang musafir mengiyakan cerita tentang Nabi Ayyub dan berharap bahwa pria tak berdaya itu dapat menjadi bagian kecil dari Nabi Ayyub, sebab ia baru saja mengetahui bahwa anak semata wayangnya itu telah tewas diterkam oleh singa.

Sang musafir berpikir bahwa pria lumpuh tadi akan menangis saat mengetahui berita kematian anaknya itu. Sebaliknya justru senyum merekah di bibirnya, dan mengucap rasa syukur dengan Alhamdulillah, menyerukan kebahagiannya bahwa anaknya yang sangat berbakti kepadanya itu telah mendahului dirinya ke surga.

“Menurut teori syariah, menurut pemahaman agama yang jelas saya yakini, kalau anak sholeh, dia sholat, dia jaga ibadahnya sama Allah, dan bakti kepada orangtuanya pasti akan masuk surga. Makanya pria lumpuh tadi mengatakan dirinya yakin anaknya masuk surga,” ucap dai kelahiran Makassar ini.

Tak lama kemudian, sang musafir melihat pria lumpuh itu seketika mengucapkan dua kalimat syahadat, lalu menghembuskan napas terakhirnya. Kebingungannya semakin menjadi lantaran sang musafir yang dalam kondisi kehabisan bekal, lalu kini menemukan orangtua itu dan meninggal dunia di hadapannya.

“Ia keluar dari kemah, nyari informasi ada siapa yang bisa saya minta tolong. Lalu tak lama kemudian lewat empat orang naik kuda,” kata Ustadz Khalid Basalamah.

“Penampilannya kayak orang-orang kerajaan, rapi, kudanya juga rapi. Berjalan menungganggi kuda dengan kecepatan tinggi. Sang musafir memanggilnya, dan dengan hikmah Allah mereka mendengarnya,” tuturnya.

Dihampirilah sang musafir, dan diceritakanlah bahwa terdapat orangtua dengan kondisi lumpuh tanpa tangan dan kaki serta matanya yang buta, baru saja meninggal dunia. 4 orang tadi memintanya untuk mengulang yang dikatakan, seolah mengenal sosok orangtua yang dimaksud.

“Jenazahnya ditutup dengan kain. Maka saat dibuka wajahnya, 4 orang ini mencium-ciumi jenazah orang lumpuh itu sambil menangis. Pendatang tadi makin tidak mengerti mengapa mereka menangis, dan siapa sebenarnya orang itu. Lalu ditanya, “Kau tidak kenal dengan orang ini? Ini Abu Qilabah, ini sahabat Nabi satu-satunya yang masih hidup, ini orangnya. Ia sudah lama kami cari karena disuruh oleh raja untuk jadi hakim. Dia melarikan diri karena tidak mau menjadi hakim, sampai tinggal di padang pasir. Ini orang (pria lumpuh) terkenal akan kesalehannya, doanya mustajab,” ungkapnya.

Maka, anak muda musafir tadi menangis seraya mengucap Alhamdulillah dan bersyukur karena telah dipertemukan dengan orang saleh tersebut yang ternyata merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam

Itulah sosok Abu Qilabah, sahabat Rasulullah yang hidup di daerah terpencil nan tandus. Sosoknya yang terkenal akan takwanya kepada Allah seakan tak terbantahkan dengan kesabaran yang ia miliki.

Dalam kondisi cacat tanpa tangan dan kaki, bahkan kedua mata, ia tak sedikitpun lupa untuk bersyukur memuji Rabb-nya di tengah segala ujian berat yang dihadapi. Kesabaran serta kesyukuran Abu Qilabah inilah yang patut menjadi panutan bagi kita semua.

(Rizka Diputra)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement