Nassimi, yang juga seorang profesor Islam dan agama-agama dunia di Northern Virginia Community College, mengatakan bahwa meskipun pembatasan menyebabkan penderitaan bagi anggota keluarga, hukum Islam bersifat fleksibel dan memiliki aturan yang mengatur situasi seperti wabah dan pandemi.
"Bagi keluarga itu sulit karena mereka tidak bisa melihat orang tersebut untuk terakhir kalinya dan dalam perasaan duka. Anda bisa melihat rasa sakit [di wajah mereka]," katanya.
Menurut empat mazhab utama Islam Sunni, sholat jenazah, tidak memerlukan jumlah orang tetap yang hadir dan dapat dilakukan di mana saja. Bahkan bisa dilakukan di situs pemakaman.
Dewan Fiqih Amerika Utara juga menyarankan untuk menyiarkan pemakaman secara online, sehingga lebih memungkinkan untuk memperlihatkan kepada orang-orang terdekat jenazah yang tidak dapat hadir untuk melihat prosesi pemakaman, serta memungkinkan pula untuk dilakukannya sholat jenazah secara virtual karena terpisah secara jarak.
"Saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang [mengenai pemakaman baru-baru ini] bahwa tidak apa-apa jika kita berdoa untuk jenazah sementara kita tidak berdiri bersebelahan. Tidak apa-apa jika kita melakukan penguburan dengan para pelayat tak berdiri mengelilinginya," Nassimi berkata, mengacu pada prinsip dalam Islam bahwa umat Islam harus berdoa dalam garis lurus dan berdiri bahu-membahu.
Takut Dikremasi
Sementara itu, Inggris belum lama ini mengeluarkan amandemen undang-undang terkait Covid-19 yang memungkinkan diwajibkannya kremasi apabila tingkat kematian dari virus ini terus meningkat.
Pada dasarnya, dalam Islam, proses kremasi dilarang, karena seorang Muslim harus dipastikan pemakamannya yakni dengan dikuburkan.
Abu Eesa Niamatullah, seorang imam yang berbasis di Manchester, mengatakan umat Islam harus siap menerima perubahan jika situasinya semakin buruk.
“Kita semua tahu dengan kemampuan kita untuk mengatasi gelombang besar kematian, terutama bagi umat Islam dengan jumlah proses yang diperlukan dan kesucian jasad, bahwa ini adalah masalah utama,” katanya dalam sebuah video.
CDC di AS mengatakan bahwa individu yang telah meninggal, termasuk mereka yang berasal dari Covid-19, dapat dikremasi atau dikuburkan sesuai dengan preferensi keluarga.
Namun, dengan situasi di seluruh AS yang semakin memburuk, kekhawatiran meningkat bahwa undang-undang kremasi bisa saja akan diberlakukan.
"Kami sangat optimis dan berharap komunitas Muslim tidak harus menghadapi itu," kata Nassimi. “Kami berharap pemerintah juga bekerja sama dan membuat pengecualian bagi komunitas religius, seperti Muslim, untuk memungkinkan mereka melakukannya dengan cara mereka,”
Untuk saat ini, komunitas agama sedang beradaptasi dengan perubahan, dan sementara itu menyebabkan kesulitan, kuncinya adalah memastikan semua orang memahami situasinya, kata Nassimi.
"Islam telah memberi kami sedikit fleksibilitas, dan pemahaman bahwa fleksibilitas dan mengikuti fleksibilitas itu membuat semuanya menjadi lebih mudah. Ketika orang mengerti, mereka pasti akan mengikuti. Dan saya tidak melihat ada perlawanan atau siapa pun yang bermasalah dengannya."
(Salman Mardira)