JAKARTA - Agama Islam adalah agama nasihat. Setiap kita dalam agama ini, akan senantiasa menasehati dan dinasihati.
Sebagaimana dalam hadits dari Tamim Ad Dariy radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Agama adalah nasehat”. Para sahabat bertanya: “Untuk siapa?”. Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya” (HR. Muslim, no. 55).
Baca Juga: Sudah 7 Kali Direnovasi, Masjid Al-Osmani di Medan Tetap Bercorak Eropa, China dan Melayu
Namun menyampaikan nasehat tidak boleh serampangan dan sembarangan dan harus ada adab-adabnya. Berikut adab-adab saat menasihati yang disusun Ustaz Yulian Purnama di Hijrah App dikutip pada Kamis (23/12/2020):
1.Nasihat didasari niat ikhlas
Amalan kebaikan tidak diterima dan tidak dianggap sebagai amalan saleh kecuali jika dengan niat yang ikhlas. Dari Umar bin Khathab radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya, dan seseorang mendapatkan ganjaran sesuai niatnya. Orang yang hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya maka ia mendapatkan ganjaran sebagai amalan hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya. Orang yang hijrah untuk mendapatkan dunia atau untuk menikahi wanita, maka hijrahnya sekedar yang untuk apa yang ia niatkan tersebut” (HR. Bukhari no. 6953).
Baca Juga: Dewan Masjid Indonesia Terus Merajut Misi Perdamaian untuk Afganistan
Allah ta’ala hanya menerima amalan ikhlas ditujukan kepada Allah semata tidak berbuat syirik kepada Allah termasuk syirik dalam niat. Allah ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al Maidah: 27).
2.Menasihati dengan cara yang benar sesuai syariat
Selain niat harus ikhlas, cara memberikan nasehat juga harus benar. Allah ta’ala berfirman:
“Barangsiapa yang mengharapkan pertemuan dengan Rabb-Nya maka amalkanlah amalan kebaikan dan jangan mempersekutukan Rabb-nya dengan sesuatu apapun” (QS. Al Kahfi: 110).