JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyayangkan tindakan sepihak komisaris PT Pelni yang mencopot pejabatnya menyusul rencana menggelar kajian Ramadhan online.
Parahnya lagi, pencopotan pejabat PT Pelni itu serta pembatalan kajian yang akan digelarnya dituding karena radikal .
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan pun meminta agar Menteri BUMN Erick Thohir segera menjelaskan terkait kisruh pencopotan pejabat PT Pelni tersebut.
"Janganlah terlalu mudah memberikan stigma radikal, karena istilah radikal sendiri masih menjadi perdebatan yang kemudian tak jelas substansi apanya yang radikal, kemudian dijadikan alasan pembatalan ceramah di PT Pelni," kata Amirsyah, Sabtu (10/4/2021).
Baca Juga: Bulan Ramadhan, Bung Karno dan 50 Tusuk Sate
Jangan istilah radikal dijadikal alat memecah belah umat dan bangsa. Dan janganlah mudah melakukan tuduhan salafi dan wahabi dijadikal alat memukul. "Karena dakwah pada dasarnya merangkul, bukan memukul, mengajak bukan mengejek, memberikan solusi, bukan menebar simpati," imbuhnya.
Amirsyah juga mempertanyakan pembatalan sejumlah ustaz yang akan berceramah di dalam kajian tersebut. Di mana, kajian terkait pelaksanaan Ramadan yang bertema 'Ramadhan Memperkuat dan Memperteguhkan Iman' itu sebenarnya sangat menarik untuk diikuti.
"Mengapa ini terjadi di negeri yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Di negara yang toleran, justru tindakan pembatalan inilah yang menimbulkan intoleran," ungkapnya.
Baca Juga: Pelaku Umrah Ilegal Diancam Kena Denda Rp39 Juta
Berdasarkan flyer yang diperoleh MNC Portal Indonesia, kajian yang menjadi permasalahan itu mengundang beberapa ustadz ternama. Di antaranya, Ketua Komisi Dakwah MUI KH M Cholil Nafis. Kemudian, Ustaz Syafiq Riza Basalamah, serta Ustaz Firanda Andirja. Kajian daring itu digelar oleh Badan Kerohanian Islam (Bakis) PT Pelni.
"Kita sangat prihatin di tengah pandemi Covid-19, PT Pelni mengalami kerugian Rp862 miliar. Kok tidak fokus menghadapi Covid-19, masih saja tega membuat kegaduhan. Saya mengajak pemimpin BUMN arif dan bijak dalam menyelesaikan permasalahan di internal tersebut," tuturnya.
Amirsyah meminta agar Menteri BUMN memberikan pembinaan terhadap petinggi PT Pelni terkait kisruh pembatalan kajian Ramadhan yang didalamnya terdapat sejumlah ustadz popular.
"Kalau mau jujur tolong dilakukan pembinaan karena mereka selama ini dikenal sebagai ustaz populer yang ceramahnya juga banyak ditemukan di Youtube, kok enggak di evaluasi, kok tiba-tiba disebut radikal," keluhnya.