كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا كبَّر في الصلاة؛ سكتَ هُنَيَّة قبل أن يقرأ. فقلت: يا رسول الله! بأبي أنت وأمي؛ أرأيت سكوتك بين التكبير والقراءة؛ ما تقول؟ قال: ” أقول: … ” فذكره
Artinya: “Biasanya Rasulullah Shallallahu ’alaihi wassallam setelah bertakbir ketika sholat, ia diam sejenak sebelum membaca ayat. Maka aku pun bertanya kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, kutebus engkau dengan ayah dan ibuku, aku melihatmu berdiam antara takbir dan bacaan ayat. Apa yang engkau baca ketika itu adalah:… (beliau menyebutkan doa iftitah).” (Muttafaqun ‘alaih)
Setelah menyebut beberapa doa iftiftah dalam Kitab Al Adzkar, Imam An Nawawi berkata: “Ketahuilah bahwa semua doa-doa ini hukumnya mustahabbah (sunah) dalam sholat wajib maupun sholat sunnah.” (Al Adzkar, 1/107).
Demikianlah pendapat jumhur ulama, kecuali Imam Malik Rahimahullah. Beliau berpendapat yang dibaca setelah takbiratul ihram adalah الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ yaitu Surah Al Fatihah. Tentu saja pendapat beliau ini tidak tepat karena bertentangan dengan banyak dalil.