Dikisahkannya, Ibunda Malak Shalabi bernama Nidaa Hamzah pada awal 1990-an ketika Perang Teluk pecah, Hamzah pindah dari Kuwait ke keluarganya di AS. Kala itu, Nidaa yang masih remaja akhirnya memilih tinggal di AS. Nidaa pun menjadi seorang dokter gigi. Sebagai wanita Muslim, Nidaa membuat keputusan untuk konsisten mengenakan jilbab.
Shalabi adalah anak tertua dari lima bersaudara. Ketika kecil, Shalabi mengenyam pendidikan di sekolah Islam swasta di Houston. Di sana, ia merasa terhormat dan dikelilingi banyak guru dan teman yang bangga padanya.
Namun ketika ia beralih ke sekolah umum, suasananya berubah. Banyak teman justru mengucilkannya. Ketika masih sekolah menengah, Shalabi sempat mengisi aktivitas dengan seni musik, yakni bermain drum. Ia juga senang bermain skateboard.
Shalabi belajar banyak tentang revolusi dari orang-orang yang pernah mengalaminya. Kini ia pun berpikir tentang tujuan hidupnya sebagai seorang wanita Muslim di Amerika.
Shalabi berkomitmen mengenakan jilbab. Dia bahkan mengirimkan e-mail pada teman-temannya agar mengetahuinya. Alhasil beberapa orang sempat tak mengenalnya.
(Vitrianda Hilba Siregar)