SEJUMLAH masjid ternyata menjadi saksi sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Pada zaman tersebut, banyak masjid beralih fungsi menjadi pusat komando dan basis perjuangan melawan penjajah.
Masjid-masjid tersebut hingga kini masih dirawat dan digunakan beribadah oleh kaum Muslimin. Berikut ini MNC Portal sajikan deretan masjid saksi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Masjid Umar bin Khaththab Gelar Vaksinasi Covid-19, Warga Antusias MengantreÂ
1. Masjid Sabilillah Malang
Masyarakat Indonesia, khususnya warga Jawa Timur, tentu tidak asing dengan sejarah peristiwa 10 November. Saat itu terjadi perang yang berkobar di wilayah Surabaya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman Belanda yang kembali datang.
Salah satu masjid menjadi tempat sentral bagi para pejuang saat itu yang berdomisili di Malang. Adalah Masjid Sabilillah yang berada di jalan masuk menuju Kota Malang tepatnya di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur.
Masjid Sabilillah ini menjadi saksi bersejarah bagaimana laskar-laskar Islam yakni Laskar Sabilillah di bawah panglima KH Zainul Arifin dan Hizbullah KH Masykur berjuang mengusir penjajah dalam pertempuran 10 November di Kota Surabaya.
Sekretaris Takmir Masjid Sabilillah Akhmad Farkhan mengatakan bahwa Masjid Sabilillah lama sudah sejak ada sejak zaman era kemerdekaan pada tahun 1945. Namun lantaran jamaah membeludak, keinginan untuk membuat masjid baru terus meningkat.
"Setelah tahun 1968 itu, jamaah masjid yang lama tidak lagi muat karena kian hari jamaah yang kian bertambah. Maka pada 1968 dibentuklah panitia pembangunan Masjid Blimbing yang baru oleh KH Nakhrawi Thohir," ungkap Farkhan saat ditemui Okezone di ruang Takmir Masjid Sabilillah beberapa waktu lalu.
Baca juga: Masjid di Afrika Selatan Jadi Lokasi Layanan Drive-thru Vaksinasi Covid-19Â
2. Masjid Raya Baiturrahman Aceh
Siapa yang tidak kenal dengan masjid ini? Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu ikon dari kebudayaan Islam yang kental di wilayah Aceh.
Selain bangunannya yang ikonik, Masjid Raya Baiturrahman juga sarat akan nilai historis. Dalam perjalanannya, masjid ini pernah dibumihanguskan oleh Belanda saat serangan ke Koetaradja (Banda Aceh) pada 10 April 1873. Runtuhnya bangunan masjid memicu meletusnya perlawanan masyarakat Aceh. Mereka berjuang mempertahankan masjid hingga darah penghabisan.
Dalam pertempuran tersebut, pihak Belanda kehilangan seorang panglima yakni Major General Johan Harmen Rudolf Kohler pada 14 April 1873 akibat ditembak dengan menggunakan senapan oleh seorang pasukan perang Kesultanan Aceh yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monumen kecil dibawah pohon kelumpang yang berada di dekat pintu masuk sebelah utara Masjid Raya Baiturrahman.
Sebagai markas perang dan benteng pertahanan rakyat Aceh, Masjid Raya Baiturrahman digunakan sebagai tempat bagi seluruh pasukan perang Kesultanan Aceh berkumpul untuk menyusun strategi dan taktik perang. Sejarah mencatat bahwa pahlawan-pahlawan nasional Aceh seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien turut serta mengambil andil dalam mempertahankan Masjid Raya Baiturrahman.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran