SETIDAKNYA ada 8 cara mendapatkan malam lailatul qadar di bulan Ramadan 2022. Apa saja cara itu? Tentunya memperbanyak amalan ibadah pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan ini.
Dikutip dari laman Rumaysho, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal M.Sc menjelaskan malam lailatul qadar adalah malam penuh kemuliaan. Malam ini disebutkan dalam ayat yang mulia:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS Al Qadr: 3–5)
Baca juga: Bacaan Surat Al Qadr untuk Malam Lailatul Qadar, Lengkap Arti hingga Keutamaannya
An-Nakha'i mengatakan, "Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di seribu bulan." (Lihat Latha-if Al-Ma’arif, halaman 341)
Imam Mujahid, Qatadah, dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah sholat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari sholat dan puasa pada seribu bulan yang tidak terdapat lailatul qadar (Zaad Al-Masiir, 9:191).
Nah, berikut ini delapan cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan malam lailatul qadar di bulan Ramadan 2022:
1. Membaca Alquran dan zikir
Semangat ibadah pada sepuluh hari terakhir Ramadan dengan menghidupkan malam-malam yang ada dan membangunkan keluarga. Amalan yang diisi adalah memperbanyak membaca Alquran dan zikir.
Dalam riwayat dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ –
"Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan, beliau kencangkan sarungnya (bersungguh-sungguh dalam ibadah dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk beribadah." (HR Bukhari Nomor 2024 dan Muslim 1174)
2. Menghadiri Sholat Subuh dan Isya berjamaah
Sebagaimana dinukil oleh Imam Asy-Syafi’i dalam kitab Al-Umm dari sekelompok ulama Madinah dan dinukil pula sampai pada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma disebutkan:
أَنَّ إِحْيَاءَهَا يَحْصُلُ بِأَنْ يُصَلِّيَ العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ وَ يَعْزِمُ عَلَى أَنْ يُصَلِّيَ الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ
"Menghidupkan malam lailatul qadar itu bisa dengan melaksanakan Sholat Isya berjamaah dan bertekad melaksanakan Sholat Subuh secara berjamaah."
Dikatakan oleh Imam Malik dalam Al-Muwatha’, Ibnul Musayyib menyatakan:
مَنْ شَهِدَ لَيْلَةَ القَدْرِ ـ يَعْنِي فِي جَمَاعَةٍ ـ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا
"Siapa yang menghadiri sholat berjamaah pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari menghidupkan malam lailatul qadar tersebut."
Baca juga: Hukuman Dunia dan Akhirat bagi Orang yang Sengaja Berbuka di Siang Hari Bulan Ramadan
3. Melakukan sholat malam pada malam lailatul qadar
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barang siapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR Bukhari Nomor 1901)
Ibnu Hajar Al ‘Asqalani rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya’. (Lihat Fath Al-Baari, 4:251)