Terlebih, sebuah kesempurnaan ibadah, lanjutnya memerlukan sebuah bimbingan. Berbeda dengan perjalanan wisata.
"Dan itu hanya bisa diambil di peran, dibimbing oleh PPIU. Nah kita harapkan ini juga kita lebih tingkatkan lebih dalam lagi," ungkap dia.
Lantas ia mencontohkan negara Malaysia yang sistem visa nya dapat dilakukan secara mandiri. Namun masyarakat Malaysia, kata firman tetap memilih untuk menggunakan jasa travel umrah dalam perjalanan ibadah ke tanah suci.
"Apa yang terjadi dalam dua tahun ini? Masyarakat Malaysia tidak berpindah individual tapi tetap dalam kelompok dalam Kelompok penyelenggaraan umrahnya di sana. Karena memang mereka perlu pelayanan, perlu bimbingan dan sebagainya,"ujar Firman.
Lebih lanjut, Firman menyebut sekira 60 persen masyarakat Indonesia belum terbiasa melakukan perjalanan ke luar negeri secara mandiri. Sehingga menurutnya, bisnis travel umrah tetap akan berjalan dengan baik.
"Masih banyak masyarakat dari jauh di pedesaan yang lebih enam puluh persen dari jamaah itu belum biasa ke luar negeri.
Sehingga tidak mudah melakukan B to C,"ujar dia.
"Tapi intinya itu kami sebagai PPIU kita harapkan adalah bagaimana kita mulai membuka diri ya, meng-update kapasitas kita dan mampu masuk dalam dunia digitalisasi itu insyaallah dan rakyat akan berkembang dan semakin baik dan (platform nusuk) itu juga punya pangsa pangsa pasar sendiri Insya Allah," tuturnya.
(Rahman Asmardika)