Melihat hal itu, si pemotong rumput malah menjadi marah. "Dasar kurang ajar. Aku tidak melihat apa pun yang terjadi selama kau pergi. Kenapa kamu malah meminta tanggung jawab atas pincangnya kaki dombamu?"
"Dari tadi aku sibuk memotong rumput dan sama sekali tidak tahu terkait kejadian yang menimpa kaki dombamu. Pergilah! Kalau kau mendekat, aku akan memukulmu," Ancam si pemotong rumput dengan emosi.
Si gembala pun menjadi heran kenapa si pemotong rumput tiba-tiba marah kepadanya. Tidak beberapa lama kemudian lewatlah seseorang dengan menaiki kuda, tapi ternyata dia adalah seorang pencuri kuda yang telinganya juga tuli. Kuda yang dikendarainya adalah hasil curian.
Si gembala lalu berteriak memanggil pria penunggang kuda. "Tuan, tolong katakan kepadaku apa yang diucapkan si pemotong rumput ini. aku ini tuli tuan, jadi aku tidak mengerti. Kenapa ia menolak pemberianku, malah marah kepadaku," ucap si gembala dengan emosi.
Pria pemotong rumput juga tidak mau kalah. Dia bicara dengan nada teriak kepada si penunggang kuda. "Begini tuan, dari tadi aku sedang memotong rumput dan tidak tahu apa-apa, tapi tiba-tiba dia minta tanggung jawab atas pincangnya kaki domba miliknya. Jelas saja aku marah dituduh seperti itu," balas si pemotong rumput.
Si penunggang kuda kemudian turun dari kudanya dan menghampiri mereka berdua. Dikarenakan juga menderita tuli, ia mengira si pemotong rumput dan gembala sedang memarahinya karena mencuri kudanya.
"Benar kawan, aku memang barusan mencuri kuda, tapi aku sungguh tidak tahu kalau kuda ini adalah milik kalian. Maafkan aku kawan," kata si penunggang kuda.
“Sudah aku katakan aku tidak tahu apa-apa atas pincangnya domba orang ini," teriak si pemotong rumput.
"Hai kawan, suruh dia Jelaskan mengapa menolak pemberianku dan justru marah-marah," teriak si gembala.
"Iya aku mengaku mencuri kuda, tapi aku tuli, jadi aku tidak tahu siapa di antara kalian yang memiliki kuda ini," teriak si penunggang kuda.