Suatu malam Hannah mengantarkan bayinya tersebut ke Baitul Maqdis dan menyerahkan kepada pemuka agama di sana. Ia mengatakan memenuhi janji menyerahkan anaknya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar menjadi hamba yang mengabdikan diri serta berdakwah di jalan-Nya.
Di rumah suci (Baitul Maqdis), Maryam dirawat oleh sang paman yang tidak lain adalah Nabi Zakaria Alaihissallam. Nabi Zakaria merawatnya dengan sangat baik seperti anaknya sendiri.
Dari hari ke hari, Maryam tumbuh menjadi wanita yang cantik, berbudi pekerti baik dan mulia, serta selalu menjaga dirinya dari godaan laki-laki.
Tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik dan anggun tidak membuat Maryam menjadi tergoda saat dirayu laki laki. Ia juga bukan seorang wanita yang pernah apalagi suka menggoda dan merayu laki-laki. Dia adalah seorang wanita mulia yang selalu tawakal dan menjaga diri.
Maryam juga taat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengabdikan diri hanya kepada-Nya. Berkat ketaatan yang dilakukan, dikatakan Allah begitu memuliakan Maryam.
Pernah suatu hari Nabi Zakaria Alaihissallam tidak sengaja menemukan buah di kamar Maryam yang seharusnya makanan tersebut tidak ada di musim saat itu. Nabi Zakaria lantas bertanya kepada Maryam di mana mendapatkan buah tersebut. Dengan penuh sopan dan kejujuran, Maryam berkata:
"Sesungguhnya Allah memberikan rizki kepada orang yang dikehendaki-Nya dengan tanpa hisab (hitungan)." (QS Ali Imran: 33)