Hubungan antara manusia dan Allah Subhanahu wa Ta'ala sudah terbina dari alam rahim. Hal ini dinukilkan dalam Alquran Surat Al A’raf Ayat 172.
Imam Ath-Thabari di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa manusia di dalam rahim mengambil ikrar kesetiaan untuk bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bisa juga diartikan bahwa penggalan ayat ini merupakan bentuk hutang manusia kepada Tuhan yang akan ditagih di hari kiamat.
Di sisi lain, ayat ini memberikan kesan bahwa fitrah manusia adalah ber-Tuhan. Konsep ber-Tuhan itu digambarkan dengan prilaku bertauhid. Tauhid mengandung dua sifat, yaitu teoritis dan praksis. Ilmu tauhid merupakan landasan teoritis bagi aktivitas praksis.
Dalam pemaknaan seperti ini, tuntutan tauhid tidak hanya terbatas pada soal hubungan manusia dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala saja. Hubungan dengan Allah Ta'ala harus dimanifestasikan pada hubungan kepada sesama makhluk.