Hasyim Asy'ari mohon agar berkenan mulai mengajar di situ. Beliau membuka pengajian "Shahih al-Bukhari". Bahkan Syaikhana Kholil, sang guru, juga pernah mengaji kepada Hadratus Syekh.
KH Romli Tamim yang juga di Jombang mendirikan pesantren di Rejoso, kelak menjadi pusat Thariqoh Al Mu’tabarah (Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah) yang disegani yakni Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan Jombang.
Sementara Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari menjadi orang yang membuat pengajian hadits penting dan terhormat. Sebelum Hadratusy Syaikh memulai Ponpes Tebuireng dengan kajian Shahih al-Bukhari, umumnya ponpes cuma mengajarkan tarekat. Bahkan pernah suatu ketika Syaikhona Kholil ikut mengaji hadits ke Mbah Hasyim.
Tebuireng makin maju, santri berdatangan dari seluruh Nusantara. Hubungan baik terjalin dengan Kiai Hasbullah, Tambakberas, Jombang.
Putra Kiai Hasbullah, Abdul Wahab, yang kelak jadi pendiri organisasi Islam terbesar yang dinisbatkannya pada Hadratusy Syaikh: NU. Konon selama KH Abdul Wahab Hasbullah dalam kandungan, ayahnya mengkhatamkan Alquran 100 kali diperdengarkan pada si janin.
Tebuireng juga berhubungan baik dengan KH Bisyri Syansuri Denanyar. Abdul Wahid Hasyim menikahi putri beliau, Nyai Hj Solichah (ibunda Gus Dur).
KH Bisyri Syansuri juga beripar dengan KH Abdul Wahab Hasbullah. Inilah segitiga pilar NU: Tambakberas-Tebuireng-Denanyar.