INILAH kisah mualaf Koh Hanny Kristianto sang penggerak Mualaf Center Indonesia (MCI). Jalan hidayah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada Koh Hany Kristianto sangat menarik disimak.
Dulu Koh Hanny Kristianto non-Muslim yang sangat benci Islam, namun berbalik sangat mencintai agama yang didakwahkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam ini.
Kebencian ini yang akhirnya menggerakkan Koh Hanny Kristianto untuk mempelajari Alquran dan Islam. Sampai akhirnya dia terbuka dengan kebenaran Islam.
Koh Hanny kristianto masuk Islam pada usia 36 tahun. Sebelum memutuskan menjadi mualaf, ia merupakan pemuka agama yang benci Islam.
Kala itu dirinya penasaran, misalnya dalam agama sebelumnya mengimani seorang sosok. Ternyata setelah memelajari Alquran, sosok itu bukan adalah Malaikat Jibril.
Sebagai pemuka agama, Koh Hanny terdorong menemukan apa kelemahan Alquran. Dia coba menemukan kontradiksi dalam Alquran. Hasilnya, ia malah menemukan Alquran tidak memiliki kelemahan.
"Saya masuk Islam karena benci Islam. Makanya kalau benci Islam jangan setengah-setengah, full bencinya, jadi tahu jeleknya di mana dan kebenaran Islam ada di Alquran," ujar Koh Hanny dikutip dari kanal YouTube Cinta Quran TV.
Namun ketika Koh Hanny masuk Islam, banyak orang di lingkungan keluarga yang mencaci dan membencinya.
"Saya bersyukur ketika masuk Islam ada yang memusuhi, menjahati. Kalau saya enggak pernah merasakan terhina, dihinakan, bagaimana saya tahu kasih sayang Allah," ujarnya.
Akhirnya Koh Hanny mantap mengucap dua kalimat syahadat pada 28 Februari 2013 di sebuah masjid di Mojokerto. Keputusan ini ternyata ditentang keluarganya. Salah satu yang kencang melawannya adalah sang ibu.
"Saya syahadat di depan ibu saya, dia marah, melototi saya, dan menentang. Dia marah tapi diam saja karena kan banyak teman-temannya di sana waktu itu," jelas Koh Hanny.
Tujuan Koh Hanny masuk Islam adalah agar bisa hidup tanpa beban. Menurutnya ada lima hal yang bisa membuat hidup ringan tanpa beban dan itu semua ada di Islam.
"Pertama untuk beribadah enggak perlu bingung. Waktunya sudah ditentukan lima kali sehari, enggak bisa milih-milih imamnya siapa, tidak ada perbedaan miskin dan kaya dalam masjid, semuanya sama-sama sebarisan yang rata, miskin kaya, tua muda, jelek ganteng, enggak ada bedanya. Gerakannnya sama, rukunnya sama enggak ada bedanya, yang beda hanya habluminallah (hubungan manusia dengan Allah)," papar Koh Hanny.
Kedua adalah saat seseorang merasa bingung dan kecewa ada Alquran sebagai jawabannya. "Bacalah Alquran dan akan ditemukan jawaban itu, jadi jawabannya bukan dari manusia," beber sekjen MCI ini.
Hal ketiga, lanjut Koh Hanny, jika diberi kebahagiaan maka Islam mengajarkan untuk bersyukur, supaya tidak berlebihan dalam bersikap. Keempat jika seorang Muslim mendapat masalah yang sangat berat maka diajarkan bersabar.
"Begitu mendapat masalah yang luar biasa, kita disuruh (bersabar) ujian itu rahmat Allah untuk mendewasakan kita dan untuk membuat kita lebih baik dan kita diuji untuk lebih baik," ucap bapak dua anak ini.
"Terakhir (kelima) saya tahu hidup ini harus apa dan matinya ke mana, jelas dalam Islam. Itu sebabnya saya masuk Islam," ungkapnya.
Mengenai hubungannya dengan sang ibu, meski pilihan keyakinannya sempat ditentang, dengan menunjukkan Islam yang ramah, lambat laun keluarganya sikapnya melunak. Dulunya anti-Islam, kini mulai terbuka dan berubah citranya terhadap Islam.
"Sekarang mereka akhirnya paham saya enggak melawan dengan hakimi balik, karena meneladani seperti Rasulullah. Kita doakan nanti mereka mengenal Islam seperti saya. Kalau balas dengan kasar, apa bedanya kita dengan mereka. Di mana letak rahmatal lil alamin," ujarnya.
Salah satu bukti keluarganya mulai tidak takut dengan Islam yakni ibundanya. Suatu waktu, Koh Hanny mengajak ibunya masuk ke Masjid Ash-Shidiq di Cikeas yang ia kelola dan dibangun dari donatur Muslim. Ibunya takjub dengan semangat beragama Koh Hanny.
"Ibu saya, saya undang salah satunya ke Masjid (Ash-Shidiq) karena banyak non-Muslim yang merasa takut masuk masjid. Terus ibu saya bilang, 'Wah uangmu banyak ya (bangun masjid megah).' Saya jawab, 'Bukan, ini dari Allah.' Ibu saya bilang, 'Ternyata masjid itu enak ya, aku heran orang sudah ke masjid kelakuannya beda'," ujar Koh Hanny mengisahkan.
Koh Hanny akhirnya bisa membuktikan berislam dengan kasih sayang. Ia menceritakan ibunya kini malah senang.
"Dia bilang, 'Mama bangga punya anak kayak kamu. Ternyata Islam mengubah kamu jadi lebih baik'," pungkas Koh Hanny Kristianto.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)