2. Meninggalkan sesuatu karena Allah Ta'ala
Sebagaimana penuturan orang yang pernah memakai narkoba, menempuh rehabilitasi tidak bisa membuat berhenti secara total dari kecanduan. Namun, modal utama adalah ia meninggalkan yang haram tersebut karena Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
"Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik bagimu." (HR Ahmad 5: 363. Syekh Syu'aib Al Arnauth mengatakan sanad hadits ini shahih)
Begitu pula ingatlah janji Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi orang yang bertakwa yaitu akan diberi rezeki dari jalan yang tidak terduga. Allah Ta'ala berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
"Dan siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan untuknya jalan keluar dan akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya." (QS Ath-Thalaq: 2–3).
Dari 'Ali bin Abi Tholhah, dari Ibnu 'Abbas, beliau menafsirkan ayat tersebut, "Barang siapa yang bertakwa pada Allah maka Allah akan menyelamatkannya dari kesusahan dunia dan akhirat. Juga Allah akan beri rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka." (Tafsir Alquran Al 'Azhim, Ibnu Katsir, 14: 32)
3. Berusaha memperoleh lingkungan yang baik
Faktor terbesar yang membuat terus kecanduan dengan barang haram adalah karena lingkungan jelek. Coba perhatikan saja orang yang tingkah lakunya kewanitaan, bergaya banci; dia bisa terus seperti itu karena faktor pergaulan.
Malik bin Dinar pernah memberi nasihat:
كُلُّ جَلِيْسٍ لاَ تَسْتَفِيْدُ مِنْهُ خَيْرًا فَاجْتَنِبْهُ
"Setiap pertemanan yang tidak mendatangkan kebaikan apa-apa bagimu, maka jauhilah." (Lihat kitab Hilyatul Auliya', 1: 51, dinukil dari At-Tadzhib Al Mawdhu'iy li Hilyatil Auliya', halaman 471)
Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam pun mengajarkan umat manusia agar memiliki lingkungan yang baik dalam bergaul. Dari Abu Musa, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
"Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak." (HR Bukhari nomor 2101 dan Muslim: 2628)
Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا وَلاَ يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِىٌّ
"Janganlah engkau bergaul kecuali dengan seorang mukmin. Janganlah memakan makananmu melainkan orang bertakwa." (HR Abu Dawud nomor 4832 dan Tirmidzi: 2395. Syekh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
"Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian." (HR Abu Dawud nomor 4833, Tirmidzi: 2378, Ahmad 2: 344, dari Abu Hurairah. Syekh Al Albani mengatakan hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami' 3545)