Keesokan harinya, Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai menyerbu makanan yang sudah basi itu. Lalu dia segera menuju istana dengan membawa makanan basi yang sudah dipenuhi lalat tersebut sambil membawa pentungan besi.
Istrinya agak bingung apa yang hendak dilakukan suaminya itu. Setelah sampai istana, Abu Nawas berkata, "Maaf Baginda Raja, hamba hanya ingin melaporkan tamu-tamu tidak diundang ke rumah saya dan tanpa izin memakan makanan saya," sambil menunjukkan lalat-lalat yang masih hinggap di makanan tersebut.
"Lalu, apa yang perlu saya bantu?" tanya Raja.
"Hamba butuh keadilan Raja," jawab Abu Nawas.
"Keadilan yang seperti apa?" tanya Raja lagi.
"Hamba hanya ingin izin tertulis dari Raja sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu," ucap Abu Nawas.
Tidak berpikir panjang, Raja membuat surat izin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat tersebut di mana pun mereka hinggap.
Dengan sebatang besi yang dibawa dari rumah, Abu Nawas memukul lalat-lalat yang hinggap di semua barang milik istana. Raja hanya bengong melihat istananya hancur porak-poranda oleh Abu Nawas.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)