MENTERI Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) merencanakan penerapan skema murur saat mabit (menginap) di Muzdalifah. Hal itu dikaji dengan mempertimbangkan aspek hukum fikih dan keamanan jamaah haji.
Mabit di Muzdalifah dengan cara murur adalah mabit yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah setelah menjalani wukuf di Arafah. Jamaah haji saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus, tidak turun, lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda di Mina.
"Sudah ada beberapa pilihan skema murur. Karena memang kita tidak hanya boleh bicara sekadar bagaimana murur itu bisa dilaksanakan dengan mudah. Di situ ada hukum fikih yang saya kira juga perlu didiskusikan," jelas Menag di Jeddah, Arab Saudi, Ahad 9 Juni 2024.
"Tadi teman-teman sudah berdiskusi dengan Mustasyar Diny, tim para ulama, yang memberikan justifikasi secara hukum dan kesimpulannya diperbolehkan," imbuhnya.
Sejalan dengan itu, lanjut Gus Men –sapaan akrabnya, PPIH tengah mengatur skema murur yang paling memungkinkan. Sejumlah teknis pergerakan jamaah haji dikaji dan diperhitungkan.
"Insya Allah segera difinalisasi skemanya, termasuk mempertimbangkan animo yang besar sekali dari jamaah haji untuk mengikuti murur ini. Mudah-mudahan hari ini bisa kita rumuskan yang terbaik buat jamaah dan memastikan bahwa murur itu bisa berjalan dengan lancar," ujarnya.
Skema murur menjadi ijtihad dan ikhtiar bersama dalam menjaga keselamatan jiwa jamaah haji Indonesia di tengah keterbatasan area di Muzdalifah. Area yang diperuntukkan bagi jamaah haji Indonesia seluas 82.350 meter persegi.
Pada 2023, area ini ditempati sekira 183.000 jamaah haji Indonesia yang terbagi dalam 61 maktab. Sementara ada sekira 27.000 jamaah haji Indonesia (9 maktab) yang menempati area Mina Jadid. Sehingga, setiap jamaah haji saat itu hanya mendapatkan ruang atau tempat (space) sekira 0,45 m2 di Muzdalifah.
Sementara pada 2024, Mina Jadid tidak lagi ditempati jamaah haji Indonesia. Sehingga, 213.320 jamaah dan 2.747 petugas haji Indonesia akan menempati seluruh area Muzdalifah.
Padahal, tahun ini juga ada pembangunan toilet yang mengambil tempat (space) di Muzdalifah seluas 20.000 m2. Sehingga, ruang yang tersedia untuk setiap jamaah haji jika semuanya ditempatkan di Muzdalifah, 82.350 m2-20.000 m2 = 62.350 m2/213.320 = 0,29 m2.