USTADZ Dasad Latif memberikan komentar terkait kabar heboh Saka Tatal melakukan sumpah pocong. Ini dilakukan untuk meyakinkan publik bahwa dirinya bukan pelaku pembunuhan Vina dan Eky Cirebon.
Terkait sumpah pocong Saka Tatal ini, dai asal Sulawesi Selatan Ustadz Dasad Latif menyatakan sangat prihatin. Pasalnya, perbuatan itu sudah melibatkan hal-hal mistis yang dilarang Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Makin hancur penegakan hukum kita, sudah melibatkan dunia mistik, makin kehilangan akal sehat.
media massa pun ramai-ramai menyiarkan hal yang tak bisa diterima oleh kaedah jurnalistik. LIVE pula," ungkap Ustadz Dasad Latif.
Dirinya bahkan menegaskan dengan ungkapkan "beleng-beleng" yang merupakan bahasa Bugis, Sulawesi Selatan. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kalimat tersebut memiliki arti sangat bodoh.
"Beleng-beleng," tegas Ustadz Dasad Latif, dikutip dari unggahan di akun Instagram-nya @dasadlatif1212, Ahad (11/8/2024).
Sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menegaskan sumpah pocong yang dilakukan Saka Tatal tidak ada dalam agama Islam. Itu hanya adat istiadat di tengah masyarakat Indonesia.
"Lafadznya itu adalah sumpah, itu ada di dalam agama, yaitu menyebut nama Allah bahwa dia tidak bersalah. Itu merupakan diterima di dalam agama. Tapi dalam prosesi dibungkus kain kafan, dikubur-kuburkan, itu adalah budaya, tradisi, atau kearifan lokal yang sudah ada sejak dulu," ungkap Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ikhsan Abdullah, Jumat 9 Agustus 2024.
Dia menyebut dalam Islam tidak ada sumpah pocong, melainkan bersumpah menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kiai Ikhsan mengatakan apa yang dilakukan Saka Tatal adalah untuk membuktikan bahwa dirinya bukan pelaku pembunuhan Eky dan Vina Cirebon.
"Kalau tidak benar akan menimbulkan secara psikologis kejiwaan dia tidak akan terbebas seumur hidupnya. Tapi sebaliknya bila mana itu memang benar tidak melakukan maka dampaknya tentu kena secara psikologis juga bagi yang memperlakukan Saka Tatal dengan zalim," jelasnya.
"Saka Tatal terbebeas dari azab, sebaliknya ini kebalikan apakah itu aparat, hakim, jaksa, tentu menaggung secara psikologis tidak langsung nyata tapi pasti akan dlberdampak sikologis," tukasnya.
Allahu a'lam.
(Hantoro)